“Cukup Gauri, jangan lancang kau di rumah ini, dan kau Anandhi jika ada yang menghinamu maka balas ia jangan kau diam membiarkan dirimu dihina,” kata Bhairon dengan marah.
Anandhi hanya diam mendengar ayah mertuanya berteriak membelanya.
"Anandhi tidak sekolah dokter hanya untuk mengejar Jagdish, aku yang menyuruhnya sekolah dokter karena aku tau potensi dalam diri Anandhi jauh lebih pintar di banding Jagdish, dan untuk apa dia ingin bersekolah jika untuk merebut hati Jagdish, Jagdish tidak ada artinya lagi di rumah ini,” teriak Bhairon emosi.
“Oh ya satu lagi, masyarakat di kampung ini sudah pintar dan melek hukum, kau jangan terlalu angkuh mengaku sebagai istri sah Anandhi, peraturan mengatakan jika ada yang menikah di bawah umur dan suatu saat salah satunya menikah lagi makan hal tersebut adalah ilegal, karena mereka masih menjadi suami istri dan India tidak memperbolehkan seorang menikah lebih dari sekali jika masih dalam ikatan pernikahan. Itu artinya Anandhi masih sah sebagai istri Jagdish,” teriak Bhairon.
Nenek Kalyani tersenyum mendengan Bhairon mengatakan hal itu, ia tak menyangka Bhairon akan setegas itu pada anaknya. Anandhi lari menuju kamarnya dan Gauri pergi tanpa pamit masuk dalam mobilnya.
Jagdish menyusul Gauri menuju mobil ia menoleh ke pintu rumah berharap ada yang menghentikan kepergiannya namun sia-sia.
Ia melihat ke arah loteng dan membayangkan masa indahnya bersama Anandhi bermain di sana. Ia melihat Anandhi mengucapkan salam perpisahan namun ternyata itu hanya hayalannya saja dan bersambung.***