WARTA LOMBOK - Menghindar dari jebakan riya atau pamer amal ibadah bukanlah hal yang mudah dilakukan.
Orang yang melawan jebakan riya sejatinya sedang berperang melawan dorongan dari dalam diri sendiri.
Satu energi besar yang bercampur baur, sukar dipisahkan antara positif dan negatifnya.
Baca Juga: Inilah Lima Keutamaan Bagi Seorang Muslim yang Berwudhu Sebelum Tidur
Persis seperti orang yang sedang menjalani misi besar yang harus melewati hutan penuh ranjau.
Satu sisi, ia dituntut untuk terus berjalan, tak boleh berhenti apalagi kembali. Di sisi lain, ia seolah didorong mundur oleh sekian banyak ranjau yang tersembunyi.
Demikian halnya ibadah. Jebakan riya sangat banyak. Belum lagi perangkap kesombongan, gila popularitas (sum’ah), cari perhatian (tamalluq), dan semisalnya. Tetapi, hal itu bukan alasan untuk menghentikan ibadah.
Ibadah harus tetap dijalankan perlahan seraya membenahinya secara bertaha, untuk pembenahan ini, perlu kiranya mengenal dari mana saja potensi riya dapat muncul.
Baca Juga: Wajib Tahu! Inilah Empat Tanda-Tanda Kiamat yang Sudah Terjadi
Bukankah absurd berhasil membersihkan diri dari sesuatu yang tak dikenal akar pangkalnya? Imam al-Ghazali berkata: