'PASRAH'

- 30 Mei 2023, 20:53 WIB
Said Muniruddin
Said Muniruddin /Dok. Warta Lombok/Said Muniruddin

Oleh: Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic l Dosen Universitas Syiah Kuala – Banda Aceh

WARTA LOMBOK - Seandainya Musa as hidup kembali, lalu dihadirkan ditengah-tengah untuk diajukan satu pertanyaan, “wahai Nabi Allah Musa, agama apa yang engkau anut?”. Kira-kira apa jawaban Musa?

Akankah ia menjawab “agama Yahudi” seperti klaimnya orang-orang Yahudi? Tidak, karena kata “Yahudi” atau “Judaisme” sendiri diambil dari nama Yehuda, anak Nabi Ya’qub, yang hidup sebelum Musa. Istilah Judaisme tidak pernah digunakan pada masa Musa hidup, pun tidak pernah tersebut dalam Taurat maupun Talmud. Jika demikian, apa agama Nabi Musa as? Jawaban yang akan dia berikan adalah, “agama saya adalah agama berserah diri, pasrah, tunduk dan patuh secara tulus dan ikhlas kepada Tuhan yang satu”. Satu kata untuk jawaban indah dan panjang ini, dalam bahasa arab, disebut “Islam”.

Baca Juga: SPIRITUAL ENLIGHTENMENT

Suatu ketika Nabi Isa as kembali hadir ke dunia ini, kita akan mendapat satu kesempatan untuk bertanya, “wahai Ruhullah Isa as, apa agama mu?”. Berharapkah kita mendengar Isa as menjawab “Kristen”? Tidak, karena kata “Kristen” tidak pernah ada ketika Isa masih hidup. Kata ini berasal dari bahasa Yunani “Christos”, terjemahan dari “alMasikh” atau “yang diberkati”. Kristus adalah nama Yunani yang diberikan untuk Isa setelah Isa tidak ada lagi. Jadi tidak mungkin Nabi Isa beragama Kristen karena agama ini sendiri tidak diberi nama oleh Isa, tetapi oleh orang lain yang tidak pernah ia kenal. Jadi apa agama Kristus? Jika ini nanti kita tanyakan kepada beliau, maka jawaban yang diberikan adalah, “agama saya adalah agama berserah diri, tunduk dan patuh secara tulus dan ikhlas kepada Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Jawaban indah dan panjang ini dalam bahasa arab disingkat dengan: “islam” (Deedat, “Islam, Judaism and Christianity”, a lecture in Geneve, 1987).

Jadi jelas, bahwa “berserah diri”, ‘tunduk patuh”, atau “pasrah” kepada Tuhan adalah inti seluruh ajaran nabi-nabi. Muhammad saww pun mengajarkan hal yang sama, dengan sejumlah penyempurnaan sesuai kebutuhan zaman moderen dan periode terakhir kenabian. Karena hidup ini adalah pilihan, maka hidup yang benar adalah untuk pasrah kepada Kebenaran, yaitu Allah. Sebab, jika kita tidak mau pasrah kepada Allah maka kemungkinan kita akan pasrah kepada iblis, nafsu, ego, harta, tahta, dan kawan-kawannya. Pasrah kepada selain Allah akan membawa kepada kehancuran, ketidakseimbangan, atau dosa. Hanya dengan pasrah kepada aturan dari Tuhan lah kita akan mencapai keselamatan, kedamaian dan kebahagiaan dunia akhirat. Oleh sebab itu, disisi Allah, agama yang benar adalah agama yang berserah diri, pasrah, tunduk patuh kepada-Nya, yaitu Islam (Ali Imran:19).

Baca Juga: Berikut Hikmah, Dasar Hukum dan Syarat Akad dalam Islam, Silakan Disimak Penjelasannya

Ilustrasi “Pasrah”

Pengalaman naik pesawat memperlihatkan drama tentang makna “pasrah” (Islam). Disini tergambar dua ekstrim sikap manusia: sebagai makhluk yang angkuh serta sebagai makhluk yang berserah diri kepada Allah.

Halaman:

Editor: Mamiq Alki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x