AICIS 2022 Part Two di Bali, Pesan Esoterisme Agama

- 2 November 2022, 04:32 WIB
Rektor UIN Mataram, Prof. Dr. H. Masnun, M. Ag.
Rektor UIN Mataram, Prof. Dr. H. Masnun, M. Ag. /Dok. Warta Lombok/Masnun Tahir

Oleh: 
Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag. (Rektor UIN Mataram)
Dr. Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.Pd.I. (Dosen UIN Mataram)

WARTA LOMBOK - Setelah sukses pelaksanaan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-21 tahun 2022 di Lombok tanggal 20-22 Oktober 2022 atas kerjasama Kementerian Agama RI dan UIN Mataram dengan mengikut sertakan UHN Bali, kini tinggal menghitung jam perhelatan akademik dan intelektual tahunan AICIS 2022 bagian kedua (part two) di Bali yaitu mulai hari ini tanggal 1-4 Nopember 2022. Para akademisi, pakar, penggiat, pemerhati serta peminat kajian Keislaman dari berbagai mazhab pemikiran, pendekatan, ragam dan lokus kajian Islam di dalam maupun luar negeri akan menghadiri kembali perhelatan AICIS 2022 di Bali nanti. Terlebih ditunjuknya Indonesia sebagai presidensi G20 dengan pelaksanaannya di Bali juga. Sehingga AICIS 2022 di Bali memiliki gaya tarik tersendiri.

AICIS 2022 di Bali dengan melibatakan Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar Bali memberikan pesan kepada dunia bahwa Islam dapat beradaptasi dengan kebaragaman, yaitu Bali dengan mayoritas beragama Hindu. Disinilah agama dilihat secara esoterisme atau sisi dalam agama-agama, inklusif dalam agama-agama, ajaran berbagai agama yang menekankan pada aspek batin yang merupakan inti dari agama. Tidak hanya dilihat dalam perspektif eksoterisme sisi luar agama-agama, ekslusif agama-agama, tak ada satu agama pun sama dengan agama-agama lainnya.

Eksoterisme adalah sisi luar setiap agama. Misalnya dalam Islam shalat di Masjid/Musholla/Surau, umrah atau haji di Makkah, puasa di bulan Ramadhan, membaca Al-Qur'an, dan ibadah lainnya. Sedang umat Hindu beribadah di Pura, berpuasa dengan cara mereka, atau mengaji Weda. Demikian umat Kristen beribadah di gereja, membaca Injil, berpuasa dengan cara mereka, sedangkan umat Yahudi beribadah di Sinagog, membaca Taurat, serta berpuasa dengan cara mereka sendiri. Sehingga secara eksoteris, agama-agama tersebut pasti berbeda.

Baca Juga: Semarak AICIS XXI Tahun 2022, UIN Mataram Menggelar Lima Konferensi Internasional Dibulan Kelahirannya

Namun, semua agama itu sudah pasti mengajarkan dan menyuruh para penganutnya berbuat baik di dunia, mencintai sesama umat manusia tanpa melihat perbedaan suku, agama, ras dan golongan, tidak menzalimi orang lain, sayang pada alam sekitar, dan semua itu dilakukan karena persembahan dan ketertundukan pada Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan jagad raya ini. Inilah yang disebut esoterisme. Semua agama di dunia pasti sama dan bertemu di satu titik yang disebut esoterisme. Jika ada agama yang menyuruh penganutnya membunuh umat manusia secara berutal, merusak alam, membenci orang lain apalagi karena perbedaan suku, agama, ras dan golongan, itu pasti bukan agama. Maka, dalam esoterisme, agama-agama adalah satu dalam tujuan membangun peradaban dan kemanusiaan.

Hal ini ditegaskan juga oleh Menteri Agama KH. Yaqut Cholil Qoumas saat membuka AICIS 2022 di Mataram (20/10/2022) tentang pentingnya rekontekstualisasi Islam pada wawasan Islam klasik yang masih didominasi pandangan menempatkan non-Muslim sebagai musuh atau sekurang-kurangnya sebagai pihak yang harus dicurigai dan diwaspadai. Wawasan Islam klasik memiliki otoritas yang sangat kuat di mata umat Islam dan dianggap sebagai standar ortodoksi Islam. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi akademisi, tidak hanya pada aspek pandangan keagamaan saja, tapi juga otoritas pandangan tersebut yang nyata berpengaruh secara luas dan membentuk cara berpikir dan mentalitas umat Islam seluruh dunia.

Hal senada disamapaikan John L. Esposito, bahwa Islam yang terbentang dari Maroko sampai Merauke, dari Amerika Serikat sampai Eropa sedang berada di persimpangan jalan besar sebagaimana juga agama-agama besar lainnya dalam menghadapi perubahan global yang sangat cepat. Islam seharusnya sebagai solusi alternatif bagi tatanan dunia global, jika ditilik dari mayoritas Islam yang sedang mengembangkan demokrasi, hak asasi manusia, sikap saling menghormati, saling bekerjasama antar komunitas beriman untuk membangun a strong civil society. Sehingga pentingnya melakukan rekontekstualisasi Islam untuk merespon tuntutan global tersebut.

Baca Juga: Rektor UIN Mataram Lepas Peserta Gowes Sepeda untuk Meriahkan Acara AICIS ke 21 Tahun 2022

Halaman:

Editor: Mamiq Alki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x