Menarik Kembali Kompas Kesadaran Mahasiswa

- 26 Agustus 2023, 19:38 WIB
Arby.
Arby. /Dok. Warta Lombok/Arby

Oleh: Ari Kuswandi Arbi (Wasekum Infokom HMI Cabang Mataram) 

WARTA LOMBOK - Sejarah panjang gerakan kemahasiswaan telah banyak menorehkan tinta emas terhadap perubahan ke arah perbaikan negri ini. Tebing dan tembok kokoh yang dibuat rezim kekuasaan kalah itu berhasil dirobohkan. Spirit dan konsentrasi mahasiswa menyatu, sehingga menghasilkan gerakan yang memiliki kekuatan sangat besar.

Misalnya tahun 1966, gerakan mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), dan Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI) bekerjasama dengan Militer ikut terlibat menyelamatkan negri ini dari kemelut ekonomi dengan mengangkat Jendral Soeharto sebagai Presiden Indonesia, pengganti Soekarno.

Baca Juga: Dosen UIN Surakarta Asal Mataram NTB, Ditemukan Tewas Dirumahnya Sendiri

Kemudian peristiwa-peristiwa seperti Malari, gerakan penolakan produk Jepang, dan puncaknya tahun 1998 yang dikenal sebagai Gerakan Reformasi ikut melibatkan mahasiswa, sehingga berhasil memaksa Presiden Soeharto turun dari kekuasaan yang telah ia duduki selama 32 tahun tersebut. Sejarah panjang tersebut mebuktikan bahwa mahasiswa memiliki peran dan andil yang cukup besar dalam menjaga dan merawat bangsa ini.

Namun, situasi dan kondisi mahasiswa saat ini sangat menghawatirkan. Perubahan zaman telah banyak mempengaruhi mentalitas dan pikiran mahasiswa. Perubahan ini cukup dekat terasa saat mulai merbaknya wabah Pandemi Covid-19, dimana dalam situasi tersebut terjadi perubahan besar-besaran dalam dunia Pendidikan, terutama kampus. Dimulai dengan jarangnya pertemuan tatap muka antar mahasiswa dengan dosen, dan juga sesama mahasiswa, kemudian penggunaan teknologi semakin massif untuk pembelajaran, dan hampir tidak ada aktivitas-aktivitas kemahasiswaan yang bisa dilakukan secara langsung.

Baca Juga: Perdana Jualan di Shopee Live, Aurel Hermansyah Langsung Dibanjiri Lebih dari 3.000 Pesanan

Pasca Covid-19 selesai atau disebut Era New Normal, wabah pandemi ini meninggalkan bekas yang cukup berbahaya bagi suasana kemahasiswaan. Diantaranya mahasiswa semakin tidak terkendali menggunakan teknologi, tugas-tugas ditumpahkan pada teknologi, dan semua berbasis teknologi. Suasana kemahasiswaan seperti ini tentu sangat berbahaya, hal itu akan menghilangkan daya kritisisme, kemandirian dan juga kepercayaan diri dalam menyelsaikan setiap tugas dan tanggung jawab. Karena apa-apa sedikit, akan dilimpahkan ke teknologi.

Selain itu mentalitas mahasiswa akan lemah, berpikiran instan dan tidak mau berjuang dalam mendaptkan tujuan yang diingankan. Kecendrungan ini akan melahirkan mahasiswa yang pragmatis, lebih jauh lagi mahasiswa yang individualis dan puncaknya adalah mahasiswa yang apatis.

Halaman:

Editor: Mamiq Alki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x