Iedul Fitri: Lebaran Untuk Semesta Insani, Menginspirasi Berbagi dan Mudik Mengarifi Moderasi

Oleh: Prof. Dr. TGH. Fahrurrozi Dahlan. QH. (Direktur Pascasarjana UIN Mataram- Sekjend Forum Direktur Pascasarjana PTKIN se-Indonesia/ Sekjend PBNW)

WARTA LOMBOK - Ada pertanyaan mendasar tentang hubungan lebaran idul fithri dengan mudik dan moderasi beragama, sesungguhnya di manakah titik temu dengan ritual spritual dengan ritual sosial dalam membentuk manusia yang mengarifi semesta insani? Atau manusia yang menghargai diri dan menghargai selain diri sendiri.

Pertanyaan selanjutnya untuk mesti dieksplorasi ke permukaan adalah makna lebaran untuk semua, lebaran untuk semesta?.

Baca Juga: Tips Mulia dari Rasulullah dan Ulama: Menjaga Kesehatan Mental dan Emosional Selama dan Pasca Ramadhan

Pembaca yang budiman.

Hakikat kehidupan manunia itu dikitari, dikelilingi oleh empat komponen utama:

Pertama, kemampuan seseorang mengelola kecerdasan spritualitasnya, menjaga ritme ibadah mahdhoh [utama-pokok-inti]nya, seperti ibadah puasa di bulan ramadan, yang akan menjadi tolok ukur seseorang dekat kepada Allah Sang Pencipta alam semesta. Sekaligus memperteguh karakter kehambaannya agar terpatri jiwa kerendahan hati yang tak akan pernah sombong dengan sesama semesta insani. Ritme spritualitas inilah yang akan membentuk karakter manusia yang mengarifi perbedaan. Ritme spritualitas inilah yang terus menghadirkan peradaban-demi peradaban kemanusiaan yang adaptif dan produktif sesuai perkembangan zaman dan waktu. Salah satu implikasi ritual spritual ini adalah lahirnya tradisi mudik antarsesama semesta insani. Inilah ramadan dan lebaran sebagai wujud ritme ibadah spritual yang menghadirkan peradaban kemuliaan dan keharmonisan.

Kedua: Kemampuan seseorang mengelola dan memenage kecerdasan sosialnya dalam menghadirkan kebermanfaatan untuk semesta insani.

Kecerdasan sosial atau lazim dalam literasi al-Quran dengan sebutan