Kisah Kevin Sanjaya Ditolak PB Djarum dan Tak Boleh Berlatih, Buktikan Diri Menjadi Pemain Tak Terkalahkan

- 16 Juli 2022, 13:05 WIB
Kevin Sanjaya Sukamulia pernah ditolak PB Djarum dan dihukum tidak boleh berlatih karena bangun kesiangan.
Kevin Sanjaya Sukamulia pernah ditolak PB Djarum dan dihukum tidak boleh berlatih karena bangun kesiangan. /Tangkap layar YouTube.com/MAGISTA8

WARTA LOMBOK – Sebelum menjadi pemain bulutangkis terkenal dan sulit dikalahkan, Kevin Sanjaya Sukamulia pernah merasakan pengalaman pahit di awal karir.

Pria kelahiran Banyuwangi pada 2 Agustus 1995 itu telah akrab dengan bulutangkis sejak usia tiga tahun.

Berawal dari kegemaran Kevin Sanjaya menonton pertandingan bulutangkis, ayahnya yang bernama Sugiarto kemudian mencarikannya pelatih agar bakatnya bisa terasah.

Baca Juga: Rahasia Mengejutkan Siti Fadia, Ratu Bulutangkis Muda Indonesia, Pembunuh Monster dan Langganan Medali

Sang ayah, kemudian berniat memasukkan Kevin Sanjaya untuk bergabung di klub PB Putra 46 Jember yang berjarak 100 km dari rumah Kevin Sanjaya di Banyuwangi. Selanjutnya perjalanan Kevin Sanjaya memasuki usia Sekolah Dasar (SD) untuk menimba ilmu bulutangkis semakin lengkap.

Ketika tak lagi bergabung dengan klub PB Putra 46 Jember, Kevin Sanjaya banyak belajar di berbagai pelatih bulutangkis Banyuwangi sampai kelas 3 SD. Saat itu, Kevin Sanjaya memutuskan untuk bergabung dengan klub PB Sari Agung Banyuwangi.

Di tahun 2003, Kevin Sanjaya berhasil menjadi juara lomba bulutangkis antar kecamatan dan prestasi inilah yang menjadi modal Kevin Sanjaya untuk mengikuti audisi PB Djarum Kudus.

Dikutip wartalombok.com dari video yang diunggah kanal YouTube MAGISTA8 pada 1 September 2020, kala itu dalam upaya audisi pertama, Kevin Sanjaya ternyata pernah ditolak oleh PB Djarum dengan alasan postur tubuhnya yang kecil dan mungil. Ia juga dianggap terlalu kecil untuk bisa tumbuh jadi pemain bulutangkis hebat.

Namun ia tidak menyerah, berselang satu tahun kemudian Kevin Sanjaya kembali mengikuti audisi umum PB Djarum dan hampir saja ditolak dengan alasan yang sama. Tetapi peruntungan Kevin Sanjaya berubah karena akhirnya berhasil lolos seleksi.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Scorpio Hari ini 16 Juli 2022: Anda Mungkin Harus Mengambil Beberapa Keputusan Sulit  

Sosok yang berperan penting atas diterimanya Kevin Sanjaya di PB Djarum adalah Fung Permadi. Ia adalah pelatih PB Djarum yang melihat kelebihan yang dimiliki sang pemain.

Fung Permadi yang baru menangani PB Djarum pada 2007 menganggap bahwa penilaian seperti itu kurang adil.

Sebagai pelatih, ia justru melihat ada bakat istimewa yang dimiliki oleh pemain bulutangkis kelahiran Banyuwangi tersebut hingga akhirnya meloloskan Kevin Sanjaya.

Fung Permadi mengatakan bahwa Kevin Sanjaya tidak pernah mengalami kesulitan melakukan antisipasi terhadap bola dan posisinya selalu bagus.

“Kevin tidak pernah kesulitan mukul bola, posisinya baik terus, bolanya enak terus, penilaian saya dia punya antisipasi bagus karena dia tahu kira-kira lawan mau mukul bola kemana dan antisipasi dari Kevin ini yang membuat saya mempengaruhi pelatih lain,” ujar Fung Permadi.

Baca Juga: Sinopsis Gangaa Season 2, Gangaa Dihina dan Dilecehkan oleh Semua Orang, Amaji Datang Membelanya

Namun demikian, karir Kevin Sanjaya di PB Djarum tak berjalan mulus sebab diawal karirnya, ia sempat dianggap gagal ketika bermain di sektor tunggal.

Ada pengakuan mengejutkan dari Kevin Sanjaya. Ia pernah dihukum tidak boleh ikut latihan karena bangun kesiangan. Saat itu ia hanya boleh duduk di pinggir lapangan dengan perasaan sedih melihat pemain lain latihan.

Sikap lalai dan indispliner inilah yang menjadi pelajaran berharga bagi Kevin Sanjaya dan bisa menghargai setiap momen dan selalu memberikan yang terbaik dalam karirnya saat ini.

Selain itu, ada pengorbanan lain yang dilakukan oleh Kevin Sanjaya hingga bisa menjadi pemain paling ditakuti seperti saat ini yaitu ia terpaksa harus terpisah dari orangtua di usia 12 tahun karena harus tinggal di asrama PB Djarum Kudus.

Kevin memutuskan untuk lebih fokus mendalami karir sebagai pebulutangkis dan kedua orangtuanya pun mendukung keputusannya.

Baca Juga: Sosok Sa'ad bin Mu'adz, Kematiannya Mampu Mengguncang Arsy

Keyakinan Fung Permadi tentang Kevin Sanjaya mulai terjawab ketika ia dipindahkan di sektor ganda. Saat itu Kevin Sanjaya mengikuti pertandingan Singapura International Series 2011 berpasangan dengan Lukhi Apri Nugroho dan di ganda campuran berpasangan dengan Masita Mahmudin dan menjadi runner up di BWF Junior Championship Bangkok, Thailand.

Penampilan apik yang ditunjukkan Kevin Sanjaya kala itu membuat media-media di Thailand memberikannya julukan Flying Kevin karena dia sering melakukan jump smash.

Bersama Masita Mahumdin, Kevin Sanjaya masuk ke jajaran ranking 500 besar dunia dan hal itu cukup bagus mengingat pasangan tersebut baru diduetkan dan masih berumur di bawah 17 tahun.

Prestasi tersebut membawa mereka masuk menjadi penghuni Pelatnas Cipayung hingga saat ini. Di Pelatnas Cipayung, Kevin Sanjaya langsung dipasangkan dengan Selvanus Geh dan menjuarai tiga turnamen sekaligus yaitu Selandia Baru Grand Prix Gold, Vietnam International Challenge dan Bulgarian International Challenge.

Baca Juga: Mahasiswa KKP UIN Mataram Bagikan Bantuan Sembako untuk Lansia di Dasan Montor Desa Gerimax Indah

Sementara itu, di turnamen Indonesia Masters 2014 mereka berhasil menjadi runner up. Namun di tahun 2015, mereka harus terpisah karena Selvanus Geh didiagnosis mengidap penyakit paru dan harus dikeluarkan dari Pelatnas Cipayung.

Selain dengan Selvanus Geh, di tahun 2014 Kevin Sanjaya juga dipasangkan dengan Greysia Polii di sektor ganda campuran. Tampil tanpa target, keduanya memberikan kejutan dengan mengalahkan unggulan pertama dari China yaitu Zhang Nan/Zhao Yunlei dengan pertandingan rubber game.

Selepas itu, di tahun 2015 Kevin Sanjaya dipasangkan dengan Marcus Gideon. Namun di pertengahan 2016, Marcus Gideon yang sempat mengalami cedera membuat Kevin Sanjaya dipasangkan dengan Wahyu Nayaka Arya Pankaryanira untuk mengikuti turnamen Indonesia Masters 2016.

Sebagai pasangan dadakan yang hanya dua kali latihan keduanya mampu tampil beringas dan berhasil menjadi juara Indonesia Masters 2016.

 

Untuk menjadi pemain yang ditakuti dan sulit dikalahkan seperti saat ini, setidaknya Kevin Sanjaya butuh waktu 10 tahun sebelum akhirnya Kevin Sanjaya berhasil memenangkan gelar pertamanya di Super Series 1000 All England pada 2017 bersama Marcus Gideon.

Semangatnya tidak pernah runtuh ketika ia bukan menjadi pilihan utama pelatih. Kini ia telah membuktikan bahwa kesuksesan bisa diraih dengan hasil kerja keras.

Sepanjang perjalanan karir bulutangkis, Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon merupakan pasangan yang meraih gelar World Tour 500+ terbanyak banyak sejak era tour dimulai pada tahun 2018 dan keduanya dinobatkan menjadi pemain Putra Terbaik BWF pada tahun 2018.***

Editor: ElRia Shd

Sumber: Channel YouTube MAGISTA8


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah