Salam Lintas Agama: Salam Toleransi

- 8 Juni 2024, 13:40 WIB
Apipuddin, S.H.I., LL.M.
Apipuddin, S.H.I., LL.M. /Dok. warta Lombok/Miq Alki

Oleh: Apipuddin, S.H.I., LL.M. (Ketua Rumah Moderasi Beragama (RMB) UIN Mataram)

WARTA LOMBOK - Dalam masyarakat majemuk dan plural seperti Indonesia, mosaik kehidupan masyarakat sangat kaya dalam segala bidang. Hal ini menjadi sebuah keniscayaan dan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, Indonesia dihuni oleh 1.300 suku bangsa dengan 715 bahasa daerah. Selain itu, terdapat 6 agama dan 187 aliran kepercayaan lokal yang diakui dan dihormati keberadaan serta pengamalan ajarannya.

Baca Juga: Mikro Hidro: Sumber Energi Alternatif Untuk Menerangi Pelosok Negeri

Kemajemukan dan pluralitas ini telah menjadi fondasi nilai-nilai universal moderasi beragama. Sejak dahulu, ajaran tentang hidup bersama dalam perbedaan telah mendorong masyarakat Indonesia untuk senantiasa tolong-menolong, berdampingan, saling mendukung, saling menghormati dan menghargai, saling mendoakan dengan berbagai bentuk bahasa lokalitas meskipun dalam keyakinan yang berbeda. Wajah ini menjadi praktik kehidupan yang lumrah dan mencerminkan karakter rakyat Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika dan tercermin dalam perilaku yang penuh hormat dan beretika, salah satunya diwujudkan oleh umat beragama melalui kalimat salam seperti yang biasanya dipraktikkan di tengah umat beragama.

Hubungan Nabi Muhammad dengan Non-Muslim: Sebuah Teladan tentang Salam

Dalam konteks relasi sosial, beberapa hadis Nabi Muhammad SAW memberikan teladan agar saling memberi salam sebagai doa dan apresiasi kepada orang lain, termasuk kepada non-Muslim sekalipun. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan berlangsung dengan penuh ampunan dan ketentraman. Ajaran Rasulullah ini tercermin dalam beberapa hadist, antara lain di riwayatkan di dalam Shahih Ibnu Hibban, Sahih Bukhari (Hadis No. 3267), dan Sunan At-Tirmidzi (Hadis No. 2958). Salam sebagai doa untuk kedamaian dan kebaikan hidup juga dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada orang yang dikenal maupun orang asing: Abdullah bin Amr menuturkan bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amal terbaik dalam Islam. Nabi menjawab, "Kamu memberi makan dan menyampaikan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal" (Shahih Bukhari, Hadis No. 12).

Dalam Musnad Ahmad (Hadis No. 13403 dan 14068), disebutkan bahwa Nabi Muhammad juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan tetangganya yang non-Muslim. Mereka saling berkunjung dan mengundang untuk makan bersama. Dalam pergaulan ini, terjadi saling sapa dan saling memberi salam. Nabi selalu menekankan agar umatnya bersikap lemah lembut dan baik, bahkan terhadap umat yang berbeda agama (Sahih Bukhari, Hadis No. 6093).

Baca Juga: Figur Muda Siap Bersaing dengan Petahana di Pilkada Mataram

Catatan hadis tersebut hanya sebagian kecil dari jejak sejarah tentang teladan Nabi Muhammad SAW dalam pergaulan sosial dengan non-Muslim. Ada banyak catatan sejarah lainnya, seperti ketika Nabi Muhammad SAW mengirimkan surat kepada Raja Najasyi dengan pembukaan salam "as-salam ‘ala man ittaba’a al-huda" (semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada yang mengikuti petunjuk Tuhan). Ini menunjukkan kebijaksanaan Nabi dalam menyampaikan pesan kepada pemimpin non-Muslim, dengan tetap menghormati keyakinan mereka namun mengedepankan nilai-nilai universal yang dapat diterima oleh semua pihak.

Halaman:

Editor: Mamiq Alki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah