Pendiri dari perusahaan Super Brain, yaitu Zhang Zewei, dirinya menyatakan bahwa Tiongkok berada pada kelas tertinggi di dunia dalam bidang teknologi AI.
Perusahaan Super Brain menawarkan jasa tersebut dengan biaya sekitar 10.000 hingga 20.000 Yuan, atau bila dirupiahkan mencapai angka Rp 21,6 juta hingga Rp 43,3 juta, untuk menciptakan avatar dasar dalam waktu kurang lebih 20 hari. Menurutnya, versi digital seseorang bisa ada untuk selamanya, bahkan setelah tubuhnya menghilang.
Baca Juga: Google Bard: Chatbot AI Pesaing ChatGPT yang Bisa Bahasa Indonesia, Begini Cara Penggunaannya
Antara Bencana dan Solusi
Kendati teknologi tersebut menawarkan cara yang bisa dibilang unik untuk mengenang orang yang sudah meninggal dunia, ternyata penggunaannya juga menuai kontroversi. Beberapa pihak merasa khawatir akan bencana psikologis dan etika yang ditimbulkan terkait pembuatan ‘manusia digital’, terutama dalam konteks hubungan interpersonal dan kehidupannya setelah kematian.
Namun, sebagian orang ada yang melihat cara tersebut merupakan salah satu alternatif solusi untuk meredakan rasa sakit akan kehilangan, bahkan ada yang merasa bahwa menciptakan avatar hidup setelah kematian dapat merintangi proses berduka dan berpindah terus.
Dalam era yang di mana terlihat teknologi semakin maju, tantangan etika baru pun muncul, dan masyarakat perlu mempertimbangkan dampak yang mungkin saja terjadi dari penerapan teknologi AI dalam ranah kehidupan pribadi maupun sosial.
Baca Juga: AI Google Bard: Pesaing Baru ChatGPT, Berikut Cara Daftar dan Mengaksesnya
Seiring dengan berjalannya waktu, perdebatan mengenai batas dan etika penggunaan teknologi semacam ini tentu diharapkan akan terus mengalami sebuah perkembangan.***