Kekejaman Penjajah Israel Terhadap Palestina Masih Berlanjut, Keberadaan Arab Saudi Jadi Dipertanyakan!

- 7 November 2023, 13:15 WIB
Keberadaan Arab Saudi dipertanyakan melihat belum ada peran berarti darinya di tengah konflik panas antara penjajah Israel dengan Palestina
Keberadaan Arab Saudi dipertanyakan melihat belum ada peran berarti darinya di tengah konflik panas antara penjajah Israel dengan Palestina /Pexels.com/Abdulla Bin Talib

WARTA LOMBOK – Hingga hari ini, penjajah Israel tiada henti-hentinya memborbardir Palestina dengan berbagai serangan demi serangan. Sampai dengan hari ini, sejak konflik di antara keduanya memanas pada Sabtu, 7 Oktober 2023, terhitung sudah 31 hari lamanya penjajah Israel melancarkan pembantaian yang tak berperikemanusiaan kepada rakyat Palestina.

 

Seluruh tempat vital yang ada di Palestina menjadi incaran penjajah Israel, mulai dari rumah sakit hingga tempat-tempat pengungsian dengan sengaja dijadikan sasaran empuk untuk dihancurkan. Hal tersebut mereka lakukan dengan alasan mencari Kelompok Pejuang Kemerdekaan Palestina.

Berdasarkan data terbaru Kementerian Kesehatan Palestina, per Selasa, 7 November 2023, jumlah korban di Palestina sudah mencapai 10.177 jiwa, dengan rincian 10.022 merupakan penduduk Gaza, dan 155 jiwa lainnya merupakan warga Tepi Barat.

Baca Juga: Buntut Alasan PBB Tak Dapat Selesaikan Genosida Israel di Palestina, Apa Karena Pengaruh Amerika Serikat?

Selama kurang lebih sebulan Palestina dikungkung oleh penjajahan yang dilakukan oleh penjajah Israel, kehadiran dan peran Arab Saudi sebagai Negara Islam terbesar di dunia menjadi sebuah pertanyaan di segenap masyarakat dari berbagai penjuru dunia.

Seyogyanya, sebagai Negara Islam terbesar di dunia, harusnya Arab Saudi mampu menunjukkan peran yang berarti bagi kesejahteraan dan kedamaian rakyat Palestina. Berbeda halnya dengan penjajah Israel, yang terus mendapatkan bantuan serta dukungan dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara sekutunya dai Eropa.

Arab Saudi sendiri dinilai tidak begitu banyak berbuat terhadap kekejaman yang dilakukan oleh penjajah Israel terhadap Palestina. Justru Yaman, negara yang lebih kecil dibandingkan dengan Arab Saudi yang lebih dulu turun tangan dalam membantu Palestina melawan penjajah Israel.

Baca Juga: Makin Tidak Tahu Diri! Israel Minta Warga Palestina Pindah ke Irlandia dan Gurun Pasir

Lantas, ke manakah Arab Saudi di tengah konflik panas yang terjadi antara penjajah Israel dengan Palestina? Dilansir Wartalombok.com dari Pikiran-Rakyat.com pada Selasa, 7 November 2023, berikut ini ulasan informasinya.

Gelar Riyadh Season 2023

Riyadh Season 2023 dimulai pada Sabtu, 28 Oktober 2023. Ada 10 zona ‘mendebarkan’ di sekitar kota, termasuk Boulevard, Riyadh City, dan Boulevard World dihadirkan di sana. Riyadh Season 2023 dibuka dengan pertarungan Tyson Fury versus Francis Ngannou.

Kingdom Arena yang baru menyala merah, hijau, dan ungu untuk upacara pembukaan besar-besaran, menampilkan pertunjukan oleh Becky G dan Kanye West. ‘Kegembiraan’ akan berlanjut selama berbulan-bulan di musim dingin, dari Oktober hingga Maret 2024. Akan ada lebih dari 33 pertunjukan dan konser yang berlangsung selama berbulan-bulan dengan pemain internasional dan regional terkemuka.

Baca Juga: Penjajahan Tanpa Henti, PM Israel Benjamin Netanyahu Didemo Rakyat Sendiri

Pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat

Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan menyambut Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman Al Saud dan delegasi yang menyertainya ke Gedung Putih, pada Senin, 30 Oktober 2023. Sullivan membahas upaya berkelanjutan untuk memperkuat kemitraan pertahanan antara Amerika Serikat dan Arab Saudi, yang selama beberapa dekade telah berfungsi sebagai landasan bagi stabilitas dan pencegahan regional.

Sullivan dan Menteri bin Salman juga membahas situasi saat ini di Gaza, menyusul panggilan telepon baru-baru ini antara Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri serta Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Mereka menegaskan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Gaza.

Mereka juga menekankan pentingnya bekerja menuju perdamaian berkelanjutan antara Israel dan Palestina, membangun pekerjaan yang sudah berlangsung antara Arab Saudi dan Amerika Serikat selama beberapa bulan terakhir. Mereka menegaskan pentingnya menghalangi aktor negara atau non-negara mana pun untuk memperluas konflik.

Baca Juga: Kabid PPD HIMMAH NWDI Kota Mataram Ajak Pemerintah Provinsi NTB untuk Boikot Produk Pro Israel

Pertemuan Menlu Amerika Serikat dan Menteri Pertahanan Arab Saudi

Menteri Luar Negeri Antony J. Blinken kemarin bertemu dengan Menteri Pertahanan Kerajaan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman Al Saud pada Kamis, 2 November 2023. Mereka menegaskan pentingnya menangani kebutuhan kemanusiaan di Gaza, mencegah penyebaran konflik lebih lanjut, dan memperkuat stabilitas serta keamanan regional, termasuk di Yaman.

Dia juga menekankan pentingnya bekerja menuju perdamaian berkelanjutan antara Israel dan Palestina, prioritas bersama Amerika Serikat dan Arab Saudi.

Kesepakatan dengan Amerika Serikat

Sejak perang pecah pada 7 Oktober 2023 antara Hamas dan penjajah Israel, sekutu regional terdekat Amerika Serikat, Washington telah memindahkan aset militer yang signifikan ke wilayah tersebut, termasuk dua kapal induk dan pesawat tempur yang luas.

Baca Juga: Sejarah Peperangan Palestina dan Israel! Makna Simbol Buah Semangka Untuk Perlawanan Dari Pendukung Palestina

Mereka juga mengumumkan pengerahan sekitar 1.000 tentara AS, dan keterlibatan sejumlah komando operasi khusus yang tidak ditentukan sebagai ‘penasihat’ militer Israel dalam operasi Gaza.

Selain itu, Washington telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pertahanan sekutu Teluknya, dengan sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang ditujukan untuk Arab Saudi dan sistem rudal permukaan-ke-udara Patriot yang akan dikirim ke Kuwait, Yordania, Irak, Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab.

Minta Gencatan Senjata Namun Ditolak

Permintaan Yordania dan Mesir untuk gencatan senjata segera di Gaza ditolak oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada pertemuan para menteri luar negeri Arab di Amman pada Sabtu, 4 November 2023.

Baca Juga: TEGAS! Bolivia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel, Kisruh Kasus Kemanusiaan di Gaza Palestina

Menteri luar negeri Yordania, Arab Saudi, Mesir, UEA, Qatar, dan seorang pejabat senior Palestina bertemu dengan Antony Blinken setelah mengadakan pertemuan konsultatif terpisah sebelumnya dengan Raja Yordania Abdullah.

Pertemuan itu dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi dan timpalannya dari Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan, bersama dengan Abdullah bin Zayed Al-Nahyan dari UEA, Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani dari Qatar, Sameh Shoukry dari Mesir, dan Hussein Al-Sheikh dari Organisasi Pembebasan Palestina.

Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Yordania, pertemuan itu menegaskan kembali seruan Arab untuk gencatan senjata “segera” dan pengiriman bantuan “tidak terganggu” sebagai bagian dari upaya untuk menghentikan perang.

Baca Juga: Presiden Iran kirim Pasukan Bantu Hamas Palestina, Amerika Israel Panik Terhadap Kekuatan Militer Negara Iran

“Pembantaian dan kejahatan perang harus dihentikan, dan juga kekebalan yang diberikan kepada Israel di hadapan hukum internasional,” ujar Ayman Safadi.

Dia menyerukan pengiriman bantuan “segera” ke Gaza dan penghentian pemindahan Israel terhadap warga Palestina. Dia juga menyuarakan kekhawatiran pada situasi di Tepi Barat yang diduduki, karena pemukim diizinkan untuk membunuh orang-orang Palestina yang tidak bersalah.

Menteri luar negeri Mesir, Sameh Shoukry pun turut menyerukan gencatan senjata segera tanpa syarat apapun. Dia mengatakan bahwa Israel perlu mengakhiri pelanggarannya terhadap hukum humaniter internasional.

Baca Juga: Pernyataan Sikap HMI Cabang Mataram, Soroti Konflik antara Zionis Israel dengan Palestina

Dia juga menyoroti “standar ganda” dalam menangani jumlah korban sipil yang meningkat, dengan mengatakan: “Darah Arab tidak kurang layak”.

Antony Blinken menegaskan kembali dukungan Washington untuk “jeda kemanusiaan” untuk memastikan warga sipil menerima bantuan. Utusan senior AS mengatakan bahwa dia setuju dengan rekan-rekan Arabnya tentang perlunya koridor bantuan, mengakui bahwa bantuan yang sejauh ini memasuki Gaza “tidak memadai”.

Ditanya mengapa Washington gagal memberikan tekanan untuk menghentikan pembunuhan warga sipil, dia mengatakan bahwa “Israel memiliki hak untuk membela diri, tetapi juga untuk mengambil cara untuk memastikan perlindungan warga sipil dan meminimalkan bahaya bagi mereka,” jawabnya.***

Editor: Mamiq Alki

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x