Baca Juga: BLACKPINK Peringkat Satu Reputasi Girl Group Korea, Ada TWICE dan Oh My Girl Juga
Sementara itu, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid mengatakan dalam buku Indonesia Bergerak tersebut terdapat tiga poin penting.
"Pertama, fotografi atau image termasuk juga grafis merupakan sumber sejarah," kata Dirjen Kebudayaan Kemendikbud itu.
Hal kedua, fotografi atau image merupakan sebagai media penyampai narasi sebuah sejarah. Terakhir, ialah narasi terkait masa pergerakan yang menjadi subjek pembahasan buku Indonesia Bergerak 1900-1942.
Di kalangan sejarawan, ujar Hilmar, dokumen dianggap sebagai sumber yang paling otoritatif dan biasanya termuat dalam arsip.
Baca Juga: Empat Orang yang Mengancam Akan Menggorok Leher Mahfud MD Ditangkap Polisi, Mahfud: Urusan Aparat
Baca Juga: Disney Ubah Jadwal Rilis Film Black Panther 2, Captain Marvel 2, Thor: Love and Thunder
"Dokumen ini dianggap sebagai sumber yang paling dekat dengan kenyataan," katanya.
Bahkan, sejarawan Prancis pernah mengatakan bahwa bila tidak ada dokumen, tidak akan ada sejarah. Hal itu menandakan begitu pentingnya sebuah dokumen.
"Alasannya dokumen dianggap meninggalkan jejak yang nyata untuk menelusuri masa lalu," ujarnya.