Banyak hotel di Bali beroperasi dengan hanya kapasitas berkisar 8 hingga 10 persen. Tingkat okupansi 10 persen tersebut pada dasarnya tidak cukup untuk membayar gaji karyawan, bayar listrik, dan juga melakukan maintenance.
Sebuah hotel untuk bisa membayar maintenance, paling tidak tingkat okupansinya harus 30 sampai 40 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia di Bali Trisno Nugroho, menjelaskan usai peristiwa bom Bali, ekonomi bali turun tapi tidak sederastis saat pandemi yang mencapai - 9%.
Baca Juga: Aksi Dukung Palestina Kian Marak di Prancis, Sebut Kami Semua adalah Orang Palestina
"Nanti bekerja dari bali itu lumayan membantu okupansi rate hotel naik, banyak beberapa hotel besar mulai tumbang, kami merasa ini kompetisinya Bali dengan negara lain Singapura Kuala Lumpur, Bangkok, kalau tidak dijaga Bali akan ketinggalan dengan kompetitor," jelasnya.***