Bukan Utopia atau Khayalan, Berikut Peluang Australia dan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2034

- 29 Agustus 2023, 11:15 WIB
Pemandangan stadion sepak bola pada pesta olahraga piala dunia
Pemandangan stadion sepak bola pada pesta olahraga piala dunia /Pixabay.com/Pixel-Sepp

WARTA LOMBOK – Gelaran Piala Dunia Wanita 2023 pada sepekan lalu telah terselenggara dengan sukses. Hal tersebut membuat Australia dimabuk kepayang oleh rasa optimisme bahwa mereka kini telah siap tuk menyelenggarakan Piala Dunia Putra di rumah sendiri.

 

Terhitung selama empat pekan, sejak tanggal 20 Juli sampai 20 Agustus 2023 lalu, kurang lebih sekitar dua miliar pasang mata di seluruh dunia tercurah kepada Piala Dunia Wanita edisi kesembilan yang dijuarai oleh Spanyol kala itu.

Terhitung pula sebanyak dua juta penggemar sepak bola hadir langsung di 10 stadion yang berada di lima kota di Australia, dan di empat kota di Selandia Baru tersebut. Diketahui jumlah tersebut 600 ribu lebih banyak dibandingkan Piala Dunia Wanita pada tahun 2019 lalu.

Baca Juga: FIFA Akui Gelar Juara Trofi Ronaldo Lebih Mewah Ketimbang Trofi Piala Dunia, Eropa Terbengkalai!

Federation Internationale de Football Association (FIFA) menyatakan bahwa Piala Dunia Wanita yang untuk pertama kalinya mempertemukan 32 tim itu, telah melewati ekspektasi dan membuka jalan untuk semakin populernya sepak bola wanita di seluruh dunia.

Mengetahui bahwa negaranya telah sukses menggelar pesta sepak bola wanita skala internasional tersebut, alhasil Australia menjadi sangat optimis untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia Putra. Namun, bukan tidak mungkin pula Indonesia akan dilibatkan menjadi tuan rumah gabungan, sebab jarak antar negara yang notabenenya cukup dekat. Dilansir Wartalombok.com dari laman ANTARA pada Senin, 28 Agustus 2023, berikut ulasannya.

Rasa Puas Australia

Tidak hanya sekedar puas karena telah sukses menyelenggarakan Piala Dunia Wanita, kini Australia lebih dari sekadar puas, karena mereka telah memiliki modal dalam membidik turnamen yang lebih besar, yakni Piala Dunia Putra.

Baca Juga: Pesonanya Bikin Lemes! Pesepakbola Tercantik di Piala Dunia Wanita FIFA 2023

Hampir semua perhelatan olahraga bergengsi di dunia sudah diselenggarakan oleh Australia, termasuk Olimpiade Musim Panas pada tahun 1956 dan 2000. Tetapi, dengan menyelenggarakan Piala Dunia sepak bola putra, akan membuat mereka semakin lengkap.

Pada tanggal 20 Juni 2019, tepatnya saat Federasi Sepak Bola Australia (FFA) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) bertemu dalam pertemuan Dewan AFF (ASEAN Football Federation) di Laos, Australia menjajaki rencana menggandeng Indonesia untuk menjadi tuan rumah bersama pada Piala Dunia 2034 mendatang.

Australia gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, setelah pada proses bidding 2010, FIFA memenangkan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia edisi itu. Kini, Australia mencoba lagi peruntungan mereka dengan membidik Piala Dunia 2034.

Baca Juga: Drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026 : Timnas Indonesia Berhadapan dengan Brunei Darussalam

Piala Dunia 2026 selanjutnya, sudah sah menjadi milik Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, sedangkan Piala Dunia 2030 tengah diperebutkan oleh Spanyol-Portugal-Maroko (UEFA Eropa – CAF Afrika) dan Uruguay-Argentina-Chile-Paraguay (Conmbebol Amerika Selatan).

Selain akan masih bersama Selandia Baru, Indonesia menjadi pilihan ideal bagi Australia.

Sebab Jarak

Persoalan jarak menjadi salah satu pertimbangan, sebab jarak antara Australia ke Indonesia lebih dekat ketimbang Australia ke negara-negara Asia Tenggara lain, seperti Singapura, Thailand, Malaysia dan Vietnam.

Baca Juga: Resmi!! Inilah daftar pemain Timnas Indonesia U-17 yang akan tampil di Piala Dunia U-17 2023..

Menyelenggarakan Piala Dunia FIFA yang dilakukan di lebih dari satu negara sudah menjadi hal yang lazim, dimulai sejak Jepang dan Korea Selatan melakukannya pada Piala Dunia 2002.

Bahkan tiga tahun lagi, pada tahun 2026 Piala Dunia akan digelar di tiga negara Amerika Utara (Concacaf), yakni Kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko.

Sebelum itu juga, pada Euro 2020 yang diadakan telat setahun sebab pandemi covid-19, bahkan diadakan di 11 negara, yang membentang dari Glasgow di Inggris sampai Baku di Azerbaijan dengan jarak sejauh 5.300 km, dan dari Seville di Spanyol sampai St. Petersburg di Rusia sejauh 4.480 km.

Baca Juga: Padahal tidak mengajukan diri, FIFA malah tunjuk Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia Usia 17..

Sementara dalam Piala Dunia 2026 mendatang, turnamen ini akan membentang sejauh 4.790 km, dari tempat terjauh di utara di Vancouver, Kanada, sampai venue paling selatan di Mexico City, Meksiko.

Oleh sebab itu, bukan hal aneh jika Australia menggandeng Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034, walaupun jaraknya bisa lebih jauh lagi. Semisal, jarak Jakarta ke Sydney, bisa mencapai 5.490 km.

Terlepas dari jarak yang relatif dekat, Indonesia juga memiliki basis penggemar sepak bola yang besar dan juga menjadi pasar menarik untuk industri sepak bola, dimana menurut penelitian Trade Desk pada September 2022, 78 persen penduduk Indonesia adalah penggemar sepak bola.

Baca Juga: 5 Pemain Naturalisasi Grade A Bisa Bantu Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia 2026

Diketahui, Indonesia sendiri juga berencana mengajukan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA bersama negara-negara ASEAN lain. Tetapi mungkin, akan lebih baik jika menggandeng pula Australia dan Selandia Baru, jika konstelasi suara anggota federasi sepak bola kawasan menjadi sangat menentukan.

Bila tiga kawasan ini mengajukan diri menjadi tuan rumah bersama pada Piala Dunia 2034 mendatang, maka minimal mereka sudah mengantongi 25 suara (11 suara AFF, 13 suara Oseania, dan satu suara Australia).

Namun, angka tersebut masih jauh dari minimal separuh dari 211 anggota FIFA yang dibutuhkan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia. Oleh karena itu butuh suara tambahan dari konfederasi kawasan lain.

Baca Juga: Resmi! FIFA Memutuskan Indonesia Batal Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Alasannya mengagetkan!

Tantangan Australia, Indonesia, dan ASEAN menjadi lebih berat lagi, sebab Arab Saudi yang sama-sama anggota Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) juga mengincar Piala Dunia 2034, setelah gagal menjadi tuan rumah pada Piala Dunia 2026.

Arab Saudi bahkan menggandeng Mesir dan Yunani. Hal ini merupakan strategi Arab Saudi agar mendapatkan dukungan dari konfederasi kawasan selain AFC. Mesir sendiri merupakan anggota Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) yang memiliki total 54 anggota, sedangkan Yunani berasal dari badan sepak bola Eropa (UEFA) yang beranggotakan 55 negara.

Maka, jika prosesnya semulus dan sesuai hitungan, maka dari konfederasi itu saja, Arab Saudi telah mendapatkan jaminan 109 suara. Saudi sendiri tengah habis-habisan guna menjadi tuan rumah Piala Dunia, termasuk menduniakan kompetisi lokal mereka, dengan membeli bintang-bintang dunia, seperti Cristiano Ronaldo dan lain-lain.

Baca Juga: Kabar Gembira! Ketua Umum PSSI Siap Mengelar Piala Dunia 2034 di Indonesia

Keadilan Kawasan

Walau demikian, keadilan kawasan kadang pula menjadi suatu bahan pertimbangan. Salah satu kegagalan Arab Saudi menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026 adalah pandangan dari FIFA dan AFC bahwa benua yang sama (Asia), tidak dapat menyelenggarakan turnamen tersebut secara berturut-turut.

Jika keadilan kawasan menjadi pertimbangan, maka seharusnya Piala Dunia 2034 merupakan jatah Afrika, yang baru sekali menjadi tuan rumah Piala Dunia pada 2010 lalu di Afrika Selatan.

Tetapi jika ingin benar-benar adil, maka Oseania justru harus menjadi tuan rumah Piala Dunia berikutnya, sebab kawasan yang satu ini belum pernah menjadi penyelenggara Piala Dunia. Apalagi jika Piala Dunia 2030 dimenangkan Spanyol, Portugal, dan Maroko di mana Maroko merupakan salah satu wakil dari Afrika.

Baca Juga: Kabar Gembira! Ketua Umum PSSI Siap Mengelar Piala Dunia 2034 di Indonesia

Australia memang sudah tidak lagi masuk kawasan Oseania karena sudah pindah ke AFC, tetapi secara geografis negara itu ada di Oseania. Dalam hal ini, Australia bisa “meminjam” Selandia Baru untuk “jatah” Oseania.

Namun, kedua negara tidak akan cukup jika hanya dengan Oseania, mereka harus mendapatkan dukungan dari konfederasi lain, minimal dari AFC.

Jika Asia Tenggara (AFF) yang menjadi bagian dari AFC, dan Oseania akhirnya “berkoalisi” menjadi tuan rumah Piala Dunia, maka dua format “koalisi”, yaitu Australia-Selandia Baru-Indonesia dan Australia-Selandia Baru-ASEAN, harus bergerilya dalam mencari dukungan dari kawasan lain.

Baca Juga: Terima Kasih Lionel Messi! Selain Piala Dunia, Ini Hadiah yang Dia Berikan untuk Timnas Argentina

Tindakan lobi merupakan suatu keharusan, dan sangat mungkin lebih dari sekedar sepak bola, karena juga bisa lewat aspek-aspek lain, seperti diplomasi.

Walaupun demikian, kesiapan infrastruktur dan rekam jejak dalam menyelenggarakan turnamen FIFA juga menjadi pertimbangan bahkan modal utama, selain kualitas sepak bola dan atmosfer sepak bola.

Australia dan Selandia Baru, baru saja mendapatkan rekam jejak tersebut dari Piala Dunia Wanita 2023. Mereka juga pernah menyelenggarakan turnamen level FIFA lainnya, seperti Piala Dunia U-20 pada 1993 dan Piala Dunia U-17 pada 1999.

Selanjutnya ASEAN, khususnya Indonesia, juga bakal segera mendapatkannya dari Piala Dunia U-17 yanng diadakan mulai 10 November tahun ini. Sedangkan Malaysia sudah berpengalaman menggelar Piala Dunia U-20 pada1997, sdan Thailand akan menggelar Piala Dunia Wanita U-20 pada 2024.

Baca Juga: Selain Erling Haaland, Inilah Beberapa Pemain Jebolan Piala Dunia U20 yang Bersinar Sampai Sekarang

Harapannya, semoga Indonesia sukses menggelar Piala Dunia U-17 pada 2023, baik dari sudut prestasi maupun penyelenggaraan, karena itu akan menjadi modal bagus dalam melamar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034, entah bersama Australia dan Selandia Baru, atau ASEAN, atau bersama ketiga kawasan itu sekaligus.***

Editor: Mamiq Alki

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah