630 Orang dan 2 Anak Meninggal Dunia Karena Kasus DBD Tahun 2020 di Kota Mataram

- 15 Oktober 2020, 21:18 WIB
Ilustrasi Nyamuk Demam Berdarah
Ilustrasi Nyamuk Demam Berdarah /pixabay.com

Dikatakannya, tingginya kasus DBD tersebut, salah satunya dipicu karena kegiatan sosialisasi terhadap pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pemantauan jentik nyamuk oleh para kader tidak dapat dilaksanakan.

"Selama lockdown pandemi COVID-19, sebagian besar kader tidak berani keluar rumah," katanya.

Menurut dia, khusus untuk kegiatan pengasapan (fogging) fokus pada kelurahan yang warganya positif terjangkit DBD tetap dilaksanakan setiap hari jika tidak hujan.

Baca Juga: Rebo Wekasan Istilah Jawa, di Lombok Disebut Rebo Bontong, Ritual Mandi Bersama Membuang Penyakit

"Kalau pengasapan hanya mampu membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentiknya akan tetap berkembang biak. Karena itu PSN harus terus digencarkan," ujarnya.

Untuk mendukung program pemantauan jentik nyamuk, Usman berharap peran serta kepala keluarga agar memiliki satu keluarga satu juru pemantau jentik (jumatik).

"Peran serta jumantik dalam keluarga menggerakkan anggota keluarganya melakukan upaya pembersihan dan penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat penting dalam upaya menekan kasus DBD di kota ini," Tutup H Usman.***

Halaman:

Editor: LU Ali

Sumber: ANTARA NTB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x