630 Orang dan 2 Anak Meninggal Dunia Karena Kasus DBD Tahun 2020 di Kota Mataram

- 15 Oktober 2020, 21:18 WIB
Ilustrasi Nyamuk Demam Berdarah
Ilustrasi Nyamuk Demam Berdarah /pixabay.com

WARTA LOMBOK - Kasus Demam Berdarah (DBD) di Kota Mataram Tahun 2020 ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, termasuk angka kematian dimana untuk Tahun 2019 angka kematian kasus DBD hanya satu orang.

Hal ini dibenarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat, dr H Usman Hadi mengatakan bahwa kasus demam berdarah dengue (DBD) di kota Mataram terus meningkat hingga saat ini mencapai 630 orang, dua diantaranya meninggal.

"Sebanyak 630 kasus DBD tersebut adalah angka akumulasi sejak Januari 2020 sampai akhir September 2020, dan itu khusus untuk mereka dinyatakan positif DBD berdasarkan hasil uji labolatorium," kata dr H Usman Hadi kepada sejumlah wartawan di Mataram, Kamis 15 Oktober 2020.

Baca Juga: Untuk Ke-3 Kalinya di Bulan Oktober, Kali ini Aceh Diguncang Gempa 5.0 SR

Lebih lanjut H Usman menegaskan bahwa angka kasus DBD 630 itu, sambungnya, tidak termasuk yang suspek dan menyerupai sebanyak 251 orang.

"Meskipun angka kematian tahun ini mencapai dua orang, namun DBD di Mataram belum termasuk kasus luar biasa (KLB)," katanya.

Menurut Usman, dua anak yang meninggal karena DBD tersebut dipicu karena telat ditangani dan satu karena adanya penyakit bawaan lahir tapi keduanya sempat dirawat di rumah sakit.

Baca Juga: PMI Yuli Hayani Asal Suralaga di Aniaya Majikannya, SBMI Lombok Timur, Utus Tim Advokasi dan Hukum

"Pasien yang telat ditangani ini, karena anak tersebut telat dibawa ke fasilitas kesehatan dengan alasan takut COVID-19," katanya.

Dikatakannya, tingginya kasus DBD tersebut, salah satunya dipicu karena kegiatan sosialisasi terhadap pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pemantauan jentik nyamuk oleh para kader tidak dapat dilaksanakan.

"Selama lockdown pandemi COVID-19, sebagian besar kader tidak berani keluar rumah," katanya.

Menurut dia, khusus untuk kegiatan pengasapan (fogging) fokus pada kelurahan yang warganya positif terjangkit DBD tetap dilaksanakan setiap hari jika tidak hujan.

Baca Juga: Rebo Wekasan Istilah Jawa, di Lombok Disebut Rebo Bontong, Ritual Mandi Bersama Membuang Penyakit

"Kalau pengasapan hanya mampu membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentiknya akan tetap berkembang biak. Karena itu PSN harus terus digencarkan," ujarnya.

Untuk mendukung program pemantauan jentik nyamuk, Usman berharap peran serta kepala keluarga agar memiliki satu keluarga satu juru pemantau jentik (jumatik).

"Peran serta jumantik dalam keluarga menggerakkan anggota keluarganya melakukan upaya pembersihan dan penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat penting dalam upaya menekan kasus DBD di kota ini," Tutup H Usman.***

Editor: LU Ali

Sumber: ANTARA NTB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x