WARTA LOMBOK - Kabar duka datang dari Gading Marten yang kehilangan sang bunda pada 1 Oktober 2022.
Ibunda Gading Marten Farida Sabtijastuti meninggal dunia pada pukul 13:57 WIB di usia ke-68 tahun.
Sebelumnya ibunda Farida Sabtijastuti sempat berjuang setelah mengidap penyakit stroke hingga dikabarkan positif Covid yang tak berkesudahan.
Awan kelam mengiringi duka Gading Marten setelah ibunda tercinta menutup usia usai dirawat di rumah sakit selama sebulan lebih.
Bunda Farida Sabtijastuti pergi menghadap Sang Pencipta yang meninggalkan duka mendalam segenap keluarga dan orang tercinta.
Rasa duka dan lara dirasakan oleh Gading dan keluarga tatkala sang ibunda menghembuskan nafas terakhir di ranjang rumah sakit.
Kondisi ibunda Gading Marten dikabrkan sempat mengalami naik turun mengingat kondisinya yang memang sedang memburuk.
Keluarga langsung berkumpul dan tidak lama setelah satu jam, ibunda Gading Marten akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Baca Juga: Sinopsis Gangaa: Bukan Suami Istri! Shiv Bakal Dijodohkan dengan Asa, Gangaa Siap-siap Gigit Jari
Sebelumnya ibunda Farida sempat berjuang terkena stroke lalu disebut-sebut positif Covid yang tak berkesudahan.
Saat menderita Covid, ibunda telah diberitahu mendapat indikasi ke arah kanker.
Hal ini sempat menjadi duka mendalam bagi anak, cucu serta sanak keluarga lain yang mendengarnya.
Tak ingin berlarut-larut dalam duka, Gading dan keluarga berusaha untuk memberikan pengobatan serta perawatan terbaik untuk ibunda tercinta.
Gading menemani sang bunda dalam perjuangan melawan kanker paru-paru yang awalnya masih diperkirakan sebagai tumor.
Baca Juga: 8 Potret Jadul Salman Khan Ini Buktikan Ia Tampan Sejak Dulu Hingga Sekarang Meski Sudah Berumur
Kehilangan sosok berarti, Gading terlihat tegar dan mengaku hanya bisa ikhlas dan merelakan kepergian sang ibunda dengan hati yang lapang.
Gading meminta para keluarga serta saudara untuk memberikan do'a terbaik agar ibunda tak sia-sia menemui sang pencipta.
Hal ini tentu memberikan keringanan dalam perjalanan bunda menuju ke tempat yang lebih baik.
Kehilangan sang bunda menyisakan jejak kosong tanpa ada yang bisa menggantikan sosok ibu di hati Gading Marten serta orang-orang yang ditinggalkan.***