Dermatophagia, Kebiasaan Menggigit Kuku yang Berbahaya Jika Dilakukan Terus Menerus

- 22 Januari 2021, 20:14 WIB
Dermatophagia, kebiasaan menggigit kuku atau kulit yang merupakan bentuk kelainan yang berbahaya.
Dermatophagia, kebiasaan menggigit kuku atau kulit yang merupakan bentuk kelainan yang berbahaya. /Pexels/Kat Jayne

WARTA LOMBOK - Banyak orang mempunyai kebiasaan menggigit kuku atau kadang-kadang menemukan diri mereka mengunyah kuku.

Akan tetapi jika kebiasaan Anda yang terus menerus menggigit dan memakan kulit di tangan dan jari Anda, Anda mungkin menderita dermatophagia.

Dermatophagia adalah apa yang dikenal sebagai perilaku berulang yang berfokus pada tubuh dan lebih dari sekadar menggigit kuku atau sesekali mengunyah jari.

Baca Juga: 21 Fakta Menarik Tentang Otak yang Belum Anda Ketahui

Hal tersebut bukanlah kebiasaan atau gangguan, melainkan merupakan sebuah kelainan. Orang dengan kondisi ini menggerogoti dan memakan kulit mereka, membiarkannya berdarah, rusak, dan, dalam beberapa kasus, terinfeksi.

Paksaan paling sering memengaruhi tangan, seperti kutikula dan jari. Namun, bisa juga terjadi di bagian tubuh lain juga. Ada beberapa gangguan lain yang serupa dengan dermatophagia diantaranya:

trikotilomania (gangguan mencabut rambut)

excoriation (gangguan pengambilan kulit)

onychophagia (gangguan menggigit kuku)

trichophagia (makan rambut)

Anda mungkin mengalami dermatophagia jika Anda sering dan berulang kali menggerogoti dan memakan kulit Anda, biasanya di tangan Anda.

Kelainan tersebut tampaknya lebih umum di antara wanita daripada pria. Variabel lain yang dapat memengaruhi risiko Anda akan dermatophagia dan kelainan yang sejenis meliputi perangai, lingkungan hidup, usia (gejala biasanya dimulai sekitar masa pubertas), tingkat stres.

Baca Juga: Pernapasan Perut Bisa Atasi Stres, Begini Tekniknya

Dermatophagia biasanya bukan penyebab komplikasi medis yang serius, tetapi dalam beberapa kasus, hal itu dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental Anda secara signifikan.

 

Komplikasi fisik yang paling signifikan dari dermatophagia adalah infeksi. Ketika kulit dibiarkan mentah dan terbuka karena gigitan, bakteri dapat masuk ke tubuh melalui luka.

Anda harus menutupi luka atau luka untuk mengurangi kemungkinan infeksi. Tanda-tanda infeksi kulit mungkin termasuk panas atau bengkak di sekitar area yang terkena luka yang mengeluarkan nanah, nyeri atau nyeri tekan, demam atau menggigil.

Dalam beberapa kasus, dermatophagia dapat menyebabkan orang menjadi malu dengan perilakunya dan menarik diri untuk interaksi sosial. Hal ini dapat menyebabkan rasa malu, harga diri rendah, dan depresi.

Jika Anda mencurigai adanya dermatophagia, bicarakan dengan ahli kesehatan mental. Mereka akan mengajukan pertanyaan tentang gejala, suasana hati secara umum, dan riwayat kesehatan Anda.

 

Tingkat keparahannya bisa sangat bervariasi dan dermatophagia tidak dianggap sebagai bentuk mutilasi diri, seperti pemotongan.

Baca Juga: 7 Manfaat Belimbing Wuluh, Nomor 7 Jarang Diketahui Masyarakat

Orang dengan dermatophagia biasanya terlibat dalam perilaku untuk menghilangkan stres atau mendapatkan kesenangan dari tindakan tersebut daripada sengaja melukai diri sendiri. Meskipun dermatophagia dapat menyebabkan cedera tubuh, itu tidak disengaja.

Terapi perilaku kognitif (CBT) mungkin efektif dalam pengobatan dermatophagia. Jenis terapi ini berfokus pada pikiran dan perilaku, dan bekerja untuk menyesuaikan respons perilaku terhadap pikiran tersebut.

Pelatihan pembalikan kebiasaan (HRT) juga dapat digunakan. HRT melibatkan pelatihan kesadaran, pelatihan respons bersaing, dan dukungan sosial.

Tidak ada obat yang secara khusus disetujui untuk pengobatan dermatophagia, tetapi beberapa obat dapat membantu mengurangi gejala dan menangani masalah yang sering menyertai, seperti kecemasan dan depresi.

Beberapa obat yang mungkin direkomendasikan dokter Anda termasuk selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dan clomipramine (Anafranil). Contoh SSRI meliputi escitalopram (Lexapro), fluoxetine (Prozac), sertraline (Zoloft), paroxetine (Paxil).

Ada berbagai macam perawatan holistik dan perubahan gaya hidup yang dapat membantu mengurangi gejala dermatophagia, termasuk pijat, akupunktur, hipnose, aktivitas pengurangan stres seperti olahraga, latihan pernapasan, dan pilihan gaya hidup sehat lainnya.

Baca Juga: Manfaat Tanaman Obat Herbal Lidah Buaya, Bisa Obati Diabetes dan Radang Tenggorokan

 

Untuk merawat kulit yang rusak akibat dermatophagia, Anda harus menjaga kebersihan area tersebut dan ditutup dengan perban sampai sembuh. Dalam beberapa kasus, antibiotik mungkin diperlukan untuk mengobati atau mencegah infeksi di area yang terkena.

Jika Anda mencurigai adanya dermatophagia, bicarakan dengan penyedia kesehatan mental sesegera mungkin. Semakin awal Anda menangani masalah, semakin cepat Anda dapat menemukan strategi paling efektif untuk membantu Anda mengelola perilaku tersebut.

Editor: Herry Iswandi

Sumber: Healthline


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah