Profil Kamala Harris, Wakil Presiden Wanita Asia Pertama Berkulit Hitam

- 8 November 2020, 20:21 WIB
Kamala Devi Harris, Wakil Presiden wanita pertama berkulit hitam keturunan Asia Selatan.
Kamala Devi Harris, Wakil Presiden wanita pertama berkulit hitam keturunan Asia Selatan. /instagram.com/kamalharris

WARTA LOMBOK – Kamala Harris terpilih sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat mendampingi Joe Biden. Keberhasilan Kamala Harris menempatkan dirinya sebagai Wakil Presiden wanita pertama, orang kulit hitam dan keturunan Asia pertama yang meraih posisi itu.

Setelah menyelesaikan kuliah di Howard University dan Universitas California's Hastings College of the Law, Kamala Harris memulai karir hukumnya sebagai Jaksa Agung negara bagian California pada tahun 2010.

Pada November 2016, Harris menjadi wanita Afrika-Amerika kedua dan orang Amerika Asia Selatan pertama yang memenangi kursi di Senat AS. Pada tahun 2019, Kamala menyatakan diri untuk mencalonkan diri sebagai calon Presiden Amerika Serikat tahun 2020 tetapi mengundurkan diri sebelum akhir tahun 2019.

Baca Juga: Profil Joe Biden, Presiden Tertua Amerika Serikat yang Pernah Menjadi Tukang Kebun Sekolah

Dilansir Warta Lombok.com dari Biography.com, pada Agustus 2020, Joe Biden mengumumkan Kamala Harris sebagai calon Wakil Presiden dan melalui persaingan yang cukup ketat, Biden dan Harris terpilih pada November 2020.

Kamala Devi Harris lahir pada tanggal 20 Oktober 1964 di Oakland, California. Dibesarkan di lingkungan keluarga keturunan Afrika-Amerika di Berkeley, Harris sering diajak untuk ikut demonstrasi menuntut hak-hak sipil.

Ibunya bernama Shyamala adalah keturunan India. Shyamala kuliah di University of California, Berkeley dan bertemu dengan ayah Harris kelahiran Jamaika bernama Donald.

Shyamala bekerja sebagai peneliti kanker payudara, sementara Donald menjadi profesor di bidang ekonomi Universitas Stanford. Ibunya membesarkan Harris dan adiknya Maya dalam tradisi India yang kental.

Baca Juga: Joe Biden Presiden Amerika Serikat Terpilih, Politisi Senior yang Pernah Jadi Wapres Barack Obama

Orang tuanya Harris bercerai ketika dia berusia 7 tahun. Pada usia 12 tahun, Harris pindah bersama ibu dan saudara perempuannya ke Montreal, Quebec, Kanada. Harris belajar bahasa Prancis selama waktunya di Quebec.

Harris bersekolah di Westmount High School di Quebec. Harris kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Howard di Washington, D.C. mengambil studi ilmu politik dan ekonomi. Harris kemudian mendaftar di University of California, Hastings College of the Law, mendapatkan J.D. pada tahun 1989.

Harris memulai karirnya sebagai wakil jaksa wilayah di Alameda County pada tahun 1990. Dia menjadi pengacara pengelola Unit Kriminal Karir di Kantor Kejaksaan Distrik San Francisco pada tahun 1998, dan pada tahun 2000 dia ditunjuk sebagai kepala Divisi Komunitas dan Lingkungan.

Pada tahun 2003, Harris menjabat jaksa wilayah San Francisco. Prestasinya adalah ketika menelurkan program pelatihan kerja pendidikan bagi para residivis terutama untuk pelanggaran tingkat rendah. Namun, Harris juga menuai kritik karena menolak hukuman mati bagi seorang anggota geng yang dihukum karena pembunuhan perwira polisi Isaac Espinoza tahun 2004.

Baca Juga: Gol Edinson Cavani Membawa Manchester United Unggul Atas Everton

Kegemilangan karir Harris berlanjut ketika berhasil menjadi Jaksa Agung California pada November 2010, menjadikannya orang Afrika-Amerika pertama dan wanita pertama yang memegang posisi itu.

Dia dengan cepat membuat pengaruh dalam perannya dengan menarik diri dari negosiasi untuk penyelesaian dari lima lembaga keuangan terbesar di negara itu untuk praktik hipotek yang tidak tepat, akhirnya mencetak pembayaran $ 20 juta pada tahun 2012 yang lima kali lipat dari angka asli yang diusulkan untuk negaranya.

Jaksa Agung juga menyatakan penolakannya untuk membela Proposition 8, sebuah keputusan pemungutan suara California tahun 2008 yang dianggap tidak konstitusional oleh pengadilan federal. Setelah Mahkamah Agung AS menolak upaya untuk mengajukan banding atas putusan tersebut pada tahun 2013, Harris meresmikan pernikahan sesama jenis pertama di California sejak Prop 8 pada awalnya diberlakukan.

Prestasi tambahan termasuk tuntutan hukum yang berhasil terhadap iklan palsu dari jaringan Corinthian Colleges yang mencari keuntungan, serta pengejaran hukum lanjutan dari layanan periklanan rahasia Backpage, yang menyebabkan CEO-nya mengaku bersalah memfasilitasi prostitusi dan pencucian uang setelah Harris pindah ke Senat.

Baca Juga: Calon Presiden AS Mengejutkan Warga Dunia, Joe Biden: Islam akan Diperlakukan Sebagaimana Mestinya

Pada November 2016, Harris memperoleh kesempatan menjadi Senator AS yang menjadikannya wanita Afrika-Amerika kedua dan orang Amerika Asia Selatan pertama menjadi senator.

Sejak saat itu, Harris bergabung dengan Komite Urusan Keamanan Dalam Negeri dan Pemerintahan, Komite Intelijen, Komite Kehakiman, dan Komite Anggaran.

Harris menggagas sistem perawatan kesehatan pembayar tunggal dan memperkenalkan undang-undang untuk meningkatkan akses ke situs rekreasi luar ruangan di daerah perkotaan dan memberikan bantuan finansial dalam menghadapi kenaikan biaya perumahan.

Harris makin bersinar saat mampu menangani kasus tuduhan pelecehan seksual terhadap Brett Kavanaugh setelah dinominasikan sebagai hakim Mahkamah Agung pada tahun 2018. Harris juga mampu membuktikan dugaan kolusi yang melibatkan Trump dan agen Rusia.

Baca Juga: Pilpres AS Menyita Perhatian Dunia, Tahu Kagak Gaji Presiden Amerika Serikat

Pada 21 Januari 2019 Harris mengumumkan dirinya sebagai calon Presiden Amerika Serikat dalam Pilpres 2020 dari Partai Demokrat. Harris memulai gerakannya bersama Senator Massachusetts Elizabeth Warren dan Senator New York Kirsten Gillibrand untuk menumbangkan Donald Trump dari kursi kepresidenan.

Satu minggu setelah mengumumkan pencalonannya sebagai Presiden, Harris secara resmi memulai kampanye di hadapan 20.000 pendukung di Frank Ogawa Plaza di Oakland, California.

Harris sangat menonjol karena kemampuannya berdebat. Harris menjadi fenomenal ketika mengkritik Joe Biden atas kebijakan mengintegrasikan bus federal untuk sekolah.

Pada debat selanjutnya, Harris diserang oleh Biden atas rencana program perawatan kesehatan serta catatan karirnya sebagai Jaksa Agung California.

Baca Juga: Mencermati Situasi Covid-19 di Indonesia, Nadiem Makarim Izinkan Sekolah Tatap Muka dengan Syarat

Pada jajak pendapat musim gugur tahun 2019, dukungan terhadap Harris mengalami penurunan dan Harris berusaha meningkatkan elektabilitasnya dengan menyerukan impeachment terhadap Trump atas hubungannya dengan Ukraina. Namun langkah itu tak mampu mendongkrak elektabilitasnya.

Akhirnya pada awal Desember 2019, Harris mengumumkan pengunduran dirinya sebagai calon Presiden pada Pilpres 2020. Kemudian pada 11 Agustus 2020, calon Presiden Joe Biden mengumumkan bahwa Harris sebagai pasangannya.

Harris adalah wanita kulit hitam pertama dan orang keturunan Asia Selatan yang dinominasikan untuk jabatan nasional oleh partai Demokrat. Harris juga adalah wanita keempat dalam sejarah yang bersaing memperebutkan tiket presiden dari partai Demokrat.

Satu minggu setelah debat calon Presiden antara Biden dan Trump, tepatnya pada 7 Oktober 2020 Harris dan Mike Pence terlibat dalam acara debat Wakil Presiden. Harris berulang kali menyerang kebijakan pemerintah di bawah pimpinan Trump terkait virus Covid-19 yang menyebabkan lebih dari 210.000 orang meninggal.

Baca Juga: Raih Suara Terbanyak di Nevada, Joe Biden Berharap Menjadi Presiden AS

Harris juga membantah pernyataan Pence bahwa calon Presiden Biden akan melarang fracking dan menaikkan pajak.

Pada 7 November 2020, Joe Biden dideklarasikan sebagai Presiden AS ke-46 sekaligus mengantarkan Harris sebagai Wakil Presiden wanita pertama dan orang kulit hitam pertama dan orang Amerika keturunan Asia yang memegang posisi tersebut.***

Editor: ElRia Shd

Sumber: Biography.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x