Syukur Tidak Cukup dengan HAMDALAH, Tapi Harus Dibarengi dengan Perilaku yang Lebih Baik

- 20 Januari 2021, 09:40 WIB
Ilustrasi orang ang sedang mensyukuri nikmat Allah swt
Ilustrasi orang ang sedang mensyukuri nikmat Allah swt /pixabay.com/mohamed_hassan

WARTA LOMBOK - Pembahasan terkait syukur dan nikmat ini adalah pembahasan yang seing disampaikan oleh para dai-dai atau ustadz-ustadz kita.

"Jika pandai besyukur, maka nikmat akan ditambah. Sebaliknya jika kufur atas nikmat yang telah dikaruniakan, maka azab sang Ilahi akan sudah menunggu," ungkap Muhammad Hipni mengutif salah satu ayat dalam Al-Quran.

Kira-kira seperti itulah kesimpulan yang dapat kita ambil dari salah satu ayat-ayat langit yang telah Allah turunkan kepada umat manusia melalui kekasihNya Muhammad.

Baca Juga: Maksiat Hati dan Anggota Tubuh, Hingga Dosa Lidah dalam Islam (Bagian 6)

Namun pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, sudahkah kita bersyukur hari ini? Jika sudah bagaimana bentuk syukur yang telah kita lakukan? Bisa jadi, rata-rata kita akan menjawab pertanyaan pertama dengan kalimat 'kok saya lupa ya', 'untung diingatkan', 'waduh saya baru terpikir' dan kalimat sejenis lainnya.

Bagi yang sudah selesai dengan pertanyaan pertama dan merasa mampu menjawab pertanyaan kedua, rata-rata mereka akan jawab, "ya, bentuk syukur saya adalah mengucapkan kalimat HAMDALAH sebanyak-banyaknya atas karunia Allah yang telah saya terima".

Apakah cara itu salah? Sama sekali tidak, bahkan benar 100%. Tapi cara ini masih kurang, amat sangat kurang. Syukur itu tak cukup dengan hanya sebatas melafalkan kalimat hamdalah dan selesai. Tidak. Syukur Hamdalah itu tak sebatas dengan itu saja. Jika diibaratkan buah, kalimat hamdalah itu hanyalah kulitnya saja, masih belum ke isinya.

Baca Juga: Maksiat Hati dan Anggota Tubuh, Hingga Dosa Lidah dalam Islam (Bagian 5)

Isi kalimat syukur hamdalah itu mestinya harus lebih dari itu.

Halaman:

Editor: Mamiq Alki

Sumber: Fb Muhammad Hifni


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah