Menurut al-Maturidi, sesungguhnya Allah mengulang-ulang peranan akal dalam ayat-ayat tersebut degan berbagai macam tingkatan, yakni mulai dari “berpikir” sampai “mendapat petunjuk” adalah karena dengan berpikir, orang dapat belajar dan memahami.
Kemudian dengan ilmu dan pemahaman orang dapat memperluas wawasan, serta dapat memperkaya pengalaman dan penalaran, dan mengetahui semua itu sebagai anugerah yang tidak ternilai dan harus disyukuri.
Sikap kritis dan kembali pada jati diri sebagai hamba Allah yang bersyukur, memberikannya jalan untuk memperoleh petunjuk dari Allah Kondisi objektif lingkungan yang dihadapi al- Maturidi, merupakan dimensi waktu dan tempat yang mempengaruhi pandangan dan sikap intelektualnya.
Baca Juga: Kesalahan Seputar Ibadah Jumat yang Sering Dilakukan
Dimasa itu, al-Maturidi hidup ditempat dimana masalah teologi menjadi isu kajian keagamaan yang sentral, disamping masalah tasawwuf dan fikih.
Al-Maturidi mengatakan bahwa “esensi akal untuk melengkapi dalil atau hujjah agama, membuat analisa kemudian mengkontruksikan dalil-dalil tersebut untuk membuktikan kebenaran agama, dan membela keyakinan agama dari orang-orang yang mengingkari atau menyalahi keyakinan tersebut.***