Selain itu, api juga memiliki kekuatan panas yang menjadi simbol kehidupan. Sementara tanah yang lembab dan basah lebih identik dengan kematian.
Jelas, kehidupan lebih mulia dari kematian. Dengan alasan ini Iblis berkesimpulan, jika bahan pembuatnya (api) saja lebih unggul, maka produknya (iblis) pun demikian. (Ar-Razi, Mafâtîhul Ghaib).
Kesombongan Iblis yang mengklaim dirinya lebih mulia dengan memandang unsur api adalah klaim sepihak yang tidak bisa dibenarkan.
Pada dasarnya, ‘kemuliaan’ adalah anugerah Allah SWT, tidak memandang unsur pembuatnya.
Bukan berarti api sebagai yang unsur lebih unggul dari tanah, kemudian iblis yang tercipta darinya juga lebih mulia. Sementara Adam yang tercipta dari tanah sebaliknya.
Realitanya, tidak sedikit orang beriman lahir dari rahim ibu yang tidak beriman. Atau sebaliknya, orang yang akhirnya tidak beriman lahir dari rahim ibu yang beriman.
Baca Juga: Ini Hukum Jika Seorang Istri 'Minta' Hubungan Badan Lebih Dulu, Pahalanya Tak Terkira
Begitupun Iblis, bukan berarti karena ia tercipta dari unsur mulia lantas lebih mulia dari Adam yang tercipta dari unsur lebih rendah.
Allah telah menganurgerahkan kemuliaan kepada Adam. Karena itu, Iblis diperintahkan untuk bersujud sebagai bentuk penghormatan. (Ar-Razi, Mafâtîhul Ghaib).
Akibat kesombongan, Iblis pun diusir dari surga. Terkait hal ini, Allah berfirman dalam (QS Al-A’raf: 13) yang artinya:
“Allah berfirman: ‘Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya; maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina."