Makna Pernikahan Rasulullah SAW dan Siti Aisyah di Bulan Syawal

- 14 Mei 2022, 04:00 WIB
Ilustrasi/Rasulullah SAW menikah dengan Aisyah di bulan Syawal yang menjawab keraguan orang Arab dahulu yang tabu menikah bulan Syawal.
Ilustrasi/Rasulullah SAW menikah dengan Aisyah di bulan Syawal yang menjawab keraguan orang Arab dahulu yang tabu menikah bulan Syawal. /PIXABAY/CommanderClive

WARTA LOMBOK - Bulan Syawal mengingatkan kita pada sejumlah peristiwa penting dalam sejarah Islam, salah satunya adalah pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti 'Aisyah.

Peristiwa ini tidak saja menjadi catatan sejarah penting, tetapi juga sekaligus sebagai pembantah keyakinan bangsa Arab saat itu yang meyakini bulan kesepuluh dalam penanggalan hijriyah ini sebagai pantangan untuk melakukan pernikahan

Ahmad Ahmad Ghalwasy dalam as-Siratun Nabawiyah wad Da'wah fi 'Ahdil Makki melaporkan, Rasulullah menikahi Siti 'Aisyah jarak tiga tahun setelah kewafatan Siti Khadijah, istri pertamanya.

Baca Juga: Jangan Lupa Amalkan, Berikut Doa Sebelum Masuk dan Keluar Kamar Mandi

Akad pernikahan dilakukan di Makkah saat usia 'Aisyah masih enam tahun. Nabi baru menggaulinya ketika 'Aisyah sudah berusia sembilan tahun.

Pernikahan Rasulullah dan Siti 'Aisyah berdasarkan petunjuk langsung dari Allah SWT. Sebelum menikahi Aisyah, Rasulullah mendapatkan isyarat untuk menikahinya melalui mimpi yang dialaminya sampai tiga kali.

Sebagaimana diketahui, mimpi seorang nabi adalah wahyu. Dalam hadits riwayat Muslim dijelaskan, 

ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻗَﺎﻟَﺖْ: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ اﻟﻠﻪِ -ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: "ﺃُﺭِﻳْﺘُﻚِ ﻓِﻲ اﻟﻤَﻨَﺎﻡِ ﺛَﻼَﺙَ ﻟَﻴَﺎﻝٍ ﺟَﺎءَ ﺑِﻚِ اﻟﻤَﻠَﻚُ ﻓِﻲ ﺳَﺮَﻗَﺔٍ ﻣِﻦْ ﺣَﺮِﻳْﺮٍ ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ: ﻫَﺬِﻩِ اﻣْﺮَﺃَﺗُﻚَ ﻓَﺄَﻛْﺸِﻒُ، ﻋَﻦْ ﻭَﺟْﻬِﻚِ ﻓَﺈِﺫَا ﺃَﻧْﺖِ ﻓِﻴْﻪِ. ﻓَﺄَﻗُﻮْﻝُ: ﺇِﻥْ ﻳَﻚُ ﻫَﺬَا ﻣِﻦْ ﻋِﻨْﺪِ اﻟﻠﻪِ ﻳُﻤْﻀِﻪِ

Artinya, "Dari Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Aku bermimpi tentangmu selama tiga malam. Malaikat membawamu dalam sebuah tempat yang terbuat dari sutera. Malaikat itu kemudian berkata, 'Ini adalah istrimu.' 'Aku buka wajahmu ternyata engkau di dalamnya.' Aisyah berkata, 'Jika ini datang dari Allah, maka akan berlanjut.'" (HR Muslim) 

Baca Juga: Klik Sekarang! Setiap Muslim Wajib Tahu Ini, Thaharah dan Pembagian Air Menurut Islam

Dalam hadits lain yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah hanya bermimpi sebanyak dua kali.

Hikmah pernikahan sebagai sosok teladan, Rasullah SAW selalu memberikan pesan moral mulia dalam setiap langkah kehidupannya, termasuk peristiwa pernikahannya dengan putri Abu Bakar ash-Shiddiq itu.

Berikut penulis kemukakan dua hikmah besar di balik peristiwa tersebut.

Pertama, Nabi menikahi Siti 'Aisyah bukan karena nafsu jasmani layaknya manusia pada umumnya. Ini menjadi catatan penting dan sangat perlu disampaikan agar tidak disalahpahami.

Di atas sudah dijelaskan bahwa Nabi menikahinya murni berdasarkan wahyu dari Allah SWT melalui mimpi yang dialaminya berulang kali. 

Baca Juga: Mudah Dihafal, Berikut Doa Sebelum dan Setelah Makan dan Minum Lengkap dengan Artinya

Allah SWT menyuruh Nabi untuk menikah karena sebuah kemaslahatan. Dengan menjadi istri Nabi sejak usia dini dan kecerdasan yang dimilikinya, Aisyah banyak merekam jejak kehidupan Nabi yang tidak bisa dijangkau oleh para sahabat.

Dari sini lah kemudian Aisyah banyak meriwayatkan hadits dan menjadi corong intelektual pada zamannya sehingga banyak ulama yang terbantu dengan kontribusinya. 

Syekh Ash-Shabbuni sendiri mengakui bahwa 'Aisyah memiliki reputasi intelektual yang cukup mapan karena merupakan istri Nabi yang paling cerdas, bahkan mengalahkan kecerdasan laki-laki pada zamannya (As-Shabuni, Rawa'iul Bayan Tafsiru Ayatil Ahkam minal Qur'an, 2015: juz II, h. 274).

"Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih paham soal urusan halal, haram, pengetahuan, syair, dan kesehatan selain Siti Aisyah," ungkap Urawah bin Zubair bin Awwam pernah.

Baca Juga: Ada Makruh dan Haram, Ini Makna Tradisi Halal Bihalal Menurut Quraish Shihab

Dalam riwayat lain berbunyi:

"Aku belum pernah menemui seorang lebih paham soal Al-Qur'an, urusan fardhu, halal, haram, fiqih, syair, kesehatan, sejarah bangsa Arab, dan nasab selain Siti Aisyah." Muhammad bin Syihab az-Zuhri pernah mengatakan, 

Muhammad bin Syihab az-Zuhri pernah mengatakan,

  لو جمع علم الناس كلهم ثم علم أزواج النبي - صلى الله عليه وسلم - لكانت عائشة أوسعهم علما 

Artinya, "Andai pun ilmu seluruh manusia dikumpulkan, termasuk ilmu istri-istri Nabi saw, maka belum bisa mengalahkan keluasan ilmu Siti 'Aisyah." (Sulaiman an-Nadawi, Siratus Sayyidah 'Aisyah, t.t: 228) 

Kedua, Syawal sebagai bulan baik untuk menikah. Pernikahan Nabi dengan Siti Aisyah di bulan Syawal dijadikan dasar oleh para ulama sebagai dalil kesunnahan menikah di bulan tersebut. Dalam satu hadits riwayat Imam Muslim dan Imam Tirmidzi dijelaskan, 

Halaman:

Editor: Herry Iswandi

Sumber: nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah