Sejarah Perjuangan HMI, Selamat Milad HMI ke 74 di Tahun 2021

5 Februari 2021, 07:53 WIB
Logo HMI /sejarahlengkap.com

WARTA LOMBOK - Berbicara tentang sejarah maka tidak salah kemudian jika kita berusaha memfokuskan khayalan kita pada suatu peristiwa yang terjadi pada zaman sebelum kita, yaitu zaman dimana berbagai bentuk pergolakan kehidupan mengalami perkembangan dalam kerangka idealisme.

Sejarah lebih banyak berbicara tentang peristiwa-peristiwa masa lalu yang kemudian bisa dijadikan sebagai preseden untuk lebih mengedepankan proses-proses aktualisasi spesifik maupun global yang tentunya bernilai positif.

Namun satu hal yang perlu diingat bahwa mengangkat suatu wacana dalam konteks sejarah memerlukan perhatian dan keteguhan tersendiri karena bisa jadi unsur subjektifitas juga melingkupi wacana tersebut. Dan kemudian dalam hal ini akan kami coba paparkan kejadian sesuai fakta sejarah yang telah terungkap.

 Baca Juga: Lirik Lagu 'Lafran Pane' Karya Suwardi Rasyid Alumni HMI Cabang Singaraja

Dalam kaitannya dengan hal di atas, dalam uraian singkat ini akan terpapar tentang bagaimana perjalanan awal dari kemunculan organisasi terbesar dan tertua di bumi Nusantara ini yang kemudian dianggap sebagai miniatur negara, karena dalam setiap proses yang terjadi dalam konteks negara/bangsa Indonesia selalu diwarnai oleh apresiasi-improvisasi kader HMI.

Hal ini memang telah memunculkan berbagai image baik positif maupun negative. Namun dalam tataran kodrati, Tuhan telah mensyariatkan dua sisi yang berbeda yang harus dilalui oleh setiap manusia di muka bumi ini. Dan persoalan kemudian tergantung pada diri kita sendiri, bagaimana kemudian mampu memahami keberadaan diri kita yang selanjutnya tidak terlepas dari keberadaan orang lain.

Sejarah perjuangan HMI tidak terlepas dari sejarah perjuangan bangsa, karena pada masa itulah organisasi ini berkembang. Sejak awal keberadaannya, HMI telah menekankan orientasi perjuangan pada empat hal yaitu: orientasi keislaman, keindonesiaan, kemahasiswaan, dan independensi.

Baca Juga: Mantan Ketum PB HMI Mulyadi P Tamsir di Kabarkan Berada di Pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang Hilang

HMI adalah organisasi kemahasiswaan terbesar dan tertua. Kelahiran organisasi ini dilatarbelakangi oleh tiga faktor utama.

Pertama, situasi Negara Republik Indonesia yang pada saat itu sedang dalam jajahan Belanda. Mereka datang ke Indonesia dengan membawa misi agama dan peradaban dunia Eropa yang bercorak sekuler. Misi ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap peradaban dunia khususnya Indonesia.

Kedua, situasi kehidupan umat Islam. Dalam perkembangan sejarah Indonesia, Islam merupakan kekuatan sosial-politik yang selalu digunakan sebagai tameng untuk meng-counter kekuatan kolonialisme-imperialisme.

Perjuangan melawan kekuatan penjajah di berbagai daerah diilhami dan dimotori oleh pemuka-pemuka Islam dan setelah melalui perjuangan panjang dan melelahkan akhirnya bangsa Indonesia merdeka.

Motivasi utama kelahiran HMI adalah karena pada masa itu juga kondisi umat Islam dalam praktek keagamaannya masih dipengaruhi oleh budaya sinkretisme dengan ajaran-ajaran Hindu-Budha dan kepercayaan lokal.

Ajaran Islam yang berkembang di Indonesia telah dimodifikasi dengan ajaran-ajaran luar yang jauh dari norma-norma Islam yang sebenarnya. Sinkretisme ajaran Islam terjadi karena kuatnya daya apresiasi para mubhalig terhadap budaya lokal warisan Hindu sebagai sarana menyebarluaskan ajaran Islam.

Baca Juga: Mahasiswa Minang akan Mengirimkan Rendang Kepada Joe Biden Sebagai Bentuk Ucapan Selamat

Di samping itu juga faktor penting yang berperan dalam hal ini adalah terjadinya proses akulturasi budaya Indonesia dengan budaya Persia, Arya dan Iran. Sinkretisme biasanya bermuara pada praktek mistisisme Islam, seperti kejawen, praktek-praktek sesaji dan slametan.

Dalam kondisi jumudnya umat Islam kala itu, upaya pembangkitan pun mulai terlihat dengan munculnya program reformasi dan modernisasi dalam tata kehidupan beragama. Gerakan-gerakan reformasi ini muncul dari negara-negara Arab yang menjadi motor penggerak munculnya organisasi-organisasi keislaman modern seperti SDI, Muhammadiyah, Al-Jamiatul al-Wasliyah, Masyumi, PUI, Persis dan termasuk didalamnya adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Ketiga, kelahiran HMI juga dipengaruhi oleh kondisi Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan. Sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia pada masa itu banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan Barat yang berbau sekuler.

Berkembangnya sistem pendidikan sekuler ini menyebabkan terjadinya ketidakstabilan (ketidakseimbangan) ditengah pergolakan kehidupan kampus, yaitu tidak adanya perpaduan antara pemenuhan kebutuhan duniawi dan ukhrawi.

Sudah barang tentu kondisi ini sangat bertentangan dengan doktrinasi Islam, karena pda hakekatnya Islam menekankan pada pemenuhan kebutuhan yang seimbang antara dunia dan akhirat.

Akhirnya, dalam kondisi seperti di atas pada tanggal 5 Pebruari 1947 yang bertepatan dengan tanggal 14 Rabi’ul Awal 1366 H di Yogyakarta lahir sebuah organisasi berbasiskan Islam yang diberi nama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI.

Baca Juga: 6 Manfaat Teh Hijau, Penyakit Kanker dan Diabetes Bisa Disembuhkan Tanaman Herbal ini

HMI didirikan oleh mahasiswa tingkat I Sekolah Tinggi Islam (STI)-sekarang bernama Universitas Islam Indonesia (UII).

Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan. Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir.

Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat.

"Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres, yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan," ungkap Lafran Pane dalam pengantar Rapat pembentukan HMI pada tanggal  Februari 1947.

Pada awal pembentukkannya HMI bertujuan diantaranya: (1) Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia; (2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.

Sementara tokoh-tokoh pemula/pendiri HMI antara lain : (1) Lafran Pane (Yogya); (2) Karnoto Zarkasyi (Ambarawa), (3) Dahlan Husein (Palembang); (4) Siti Zainah (istri Dahlan Husein-Palembang), (5) Maisaroh Hilal (Cucu KH.A. Dahlan-Singapura); (6) Soewali (Jember); (7) Yusdi Ghozali (Juga pendiri PII-Semarang), (8) Mansyur; (9) M. Anwar (Malang); (10) Hasan Basri (Surakarta); (11) Marwan (Bengkulu); (12) Zulkarnaen (Bengkulu); (13) Tayeb Razak (Jakarta); (14) Toha Mashudi (Malang); dan (15) Bidron Hadi (Yogyakarta).

Kelahiran HMI diprakarsai oleh Lafran Pane tanpa adanya campur tangan dari pihak manapun kecuali oleh pihak mahasiswa itu sendiri. Dalam rapat yang dihadiri oleh Lafran Pane dan 14 orang mahasiswa, mereka berhasil membentuk susunan kepengurusan sebagai berikut:

Baca Juga: SKB 3 Menteri, Berikut Isi Keputusan yang Ditandatangani Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Menag RI

Ketua : Lafran Pane

Wakil Ketua : Asmin Nasution

Penulis I : Anton Timur Djaelani

Penulis II : Karnoto Zarkasi

Bendahara I : Dahlan Husein

Bendahara II : Maisaroh Hilal

Anggota : - Suwali

- Yusdi Ghozali

- Mansyur

Dari sisi sosiologis, pemrakarsa (founding father) berdirinya HMI merupakan representasi umat Islam kelas menengah terdidik. Bahwa kemudian mereka sadar akan tugas dan fungsi mereka sebagai umat Islam.

Adapun tujuan lahirnya HMI adalah untuk 1) mempertinggi derajat rakyat dan bangsa Indonesia, dan 2) untuk mempertegak serta mengembangkan agama Islam.

Dalam perjalanan keorganisasian selanjutnya, tujuan ini lebih dikenal dengan sebutan komitmen kebangsaan dan komitmen keislaman.

Sehingga jelaslah bahwa HMI menginginkan adanya penghargaan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan serta menegakkan kedaulatan Negara Republik Indonesia. Kehadiran HMI di tengah masyarakat yang sedang terjajah.

Baca Juga: Pro Kontra Larangan Kewajiban Berjilbab di Sekolah Negeri, Mursyid Azmi: SKB 3 Menteri Perlu Dikaji Ulang

kondisi umat Islam yang masih mencampuradukkan ajaran Islam dengan keyakinan (budaya) local merupakan harapan baru, karena dalam situasi seperti ini HMI mampu mempertegas eksistensinya dalam tataran visi dan gerakan organisasi.

Semoga di masa sekarang HMI juga tetap eksis menyuarakan nurani kerakyatan yang tetap berpegang pada nilai-nilai keislaman. 

Selamat MILAD HMI ke 74, selamat dan sukses serta selalu menjadi inspirasi kaum muda Islam untuk mengokohkan komitmen Keislaman dan Keindonesiaan.***

Editor: Mamiq Alki

Sumber: Essai Lalu Usman Ali

Tags

Terkini

Terpopuler