Aspek ‘Rasa’ Mendominasi Anies dalam Debat Capres, Pakar Gestur dan Mikroekspresi: Gagasan Jadi Kurang Sampai

- 14 Desember 2023, 14:45 WIB
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan /Tangkap Layar Instagram/@aniesindo

WARTA LOMBOK – Salah seorang Pakar Gestur dan Mikroekspresi, yakni Monica Kumalasari mencoba membaca gestur dan ekspresi para Calon Presiden (Capres), dalam agenda debat Capres 2024, yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), pada Selasa, 12 Desember 2023 kemarin, di Gedung KPU RI, Jakarta Pusat.

 

Terdapat salah satu Capres yang cukup menarik untuk dibedah setiap gestur maupun ekspresinya. Kali ini, Pakar Gestur dan Mikroekspresi tersebut mencoba untuk membaca gestur dan ekspresi dari Capres nomor urut 1, yakni Anies Baswedan.

Monica mengatakan bahwa Capres nomor urut 1, Anies Baswedan lebih dominan melibatkan perasaan dalam berdebat. Pasalnya, dari beberapa statement yang dilontarkan olehnya, cukup banyak statement-statement yang menyerang pihak lawan.

Baca Juga: Guru Besar Hukum Ubaya: Debat Putaran Pertama, Anies Isinya Daging Semua

Dalam hal mengamati bagaimana mikroekspresi Capres pada agenda debat putaran pertama, terdapat dua hal yang diamati oleh Monica, pertama yakni feeling (rasa, persepsi), dan kedua yakni thinking (gagasan). Ia mencoba untuk mengamati bagaimana korelasi antara pernyataan verbal dan non verbalnya (yang terlihat dalam mimik wajah, bahasa tubuh, dan suara).

Monica melihat, bahwa Capres Anies Baswedan lebih banyak menyampaikan hal-hal yang berkenaan dengan rasa (perasaan), daripada fokus untuk menyampaikan apa yang menjadi visi dan misinya untuk dibawa pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.

Hal tersebut, kata Monica, bisa dilihat dari seringnya Anies menyerang kelemahan Capres lain dan menggunakan frasa ‘saya rasa’ dalam ucapan-ucapan yang dilontarkannya.

Baca Juga: Debat Capres 2024: Anies Sebut Jakarta di Masanya Paling Banyak Beri Izin Rumah Ibadah, Benarkah Demikian?

“Ini sangat terlihat pada saat penyampaian visi misi, di momen ini Anies menyampaikan kelemahan paslon lawan daripada fokus kepada perubahan apa yang ingin diusungnya,” terang Monica.

Jebolan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) tersebut tidak menampikkan keterampilan berbahasa Anies. Ia mengakui bahwa keterampilan berbahasa Anies dalam berdebat tidak perlu diragukan lagi. Namun, karena aspek feeling tadi lebih mendominasi, sehingga gagasan yang dipaparkan oleh Anies dinilai kurang tersampaikan.

“Menyampaikan sesuatu dengan gaya retorika adalah merupakan garis dasar dari Anies, sehingga kedalaman esensi gagasan kurang dapat ditangkap,” tutur Monica.

Selain itu, Pakar Gestur dan Mikroekspresi berlisensi dari Inggris tersebut melihat bahwa Anies banyak menampilkan gerakan membasahi bibir.

Baca Juga: Ditanyai Soal IKN Oleh Ganjar, Ini Jawaban Cerdas Anies Baswedan: Jangan Meniru Pemerintahan Belanda

Hal ini diungkapnya bisa memiliki beberapa arti, tergantung pada konteks dan situasi di mana gestur tersebut terjadi. Salah satu arti dari gerakan tersebut bisa merupakan tanda kegugupan atau ketidaknyamanan, sebagai respons terhadap situasi yang menegangkan atau sulit.

Gestur tersebut, lanjut Monica, dapat juga berarti sedang mempertimbangkan sesuatu atau berpikir. Dalam beberapa kasus, gestur seperti itu juga mencerminkan ketidaksetujuan atau keengganan akan hal yang kurang disukai. Atau secara umum bisa juga menjadi penanda kondisi kehausan.***

Editor: Mamiq Alki

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah