Menjadi Pemimpin Ideal Dengan Meneladani Kepemimpinan Profetik Rasulullah SAW

- 18 Januari 2024, 09:15 WIB
Fajrul Arsyad.
Fajrul Arsyad. /Dok. Warta Lombok/Mamiq Alki

Baca Juga: Lakukan Kunker ke Jawa Timur, Pemprov NTB bersama Bank NTB Syariah Jalin KUB dengan Bank Jatim

Ayat di atas, menggambarkan, bahwa manusia di ciptakan salah satunya agar menjadi khalifah di muka bumi (pemimpin) namun menjadi pemimpin haruslah berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang ada sehingga dapat tercapai tujuan yang ingin di capainya.

Termasuk memperhatikan unsur-unsur dalam suatu kepemimpinan agar terjadi proses perubahan.

Pemimpin harus selalu menunjukkan sikap komitmen dan pengabdiannya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pemimpim agar dapat memberikan perubahan yang lebih baik terhadap suatu lembaga yang dipimpinnya. Sebaimana ungkapan Ki Hadjar Dewantara dalam filosofinya berbunyi Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani yanag artinya di depan menjadi teladan, di tengah memberi bimbingan dan di belakang memberi dorongan.

Kepemimpinan Profetik Rasulullah SAW

Bicara masalah kepemimpinan profetik, tentu tidak terlepas dai sosok Nabi Muhammad SAW sebagai satu-satunya figur paling sempurna yang pernah diutus oleh Allah ke muka bumi ini yang bahkan di gelar sebagai suri tauladan yang baik.

Alquran surah al-Ahzab ayat 21 menegaskan, Nabi adalah teladan (uswatun hasanah) tidak hanya dalam ibadah, namun juga dalam berbagai aspek kehidupan. Nabi Muhammad SAW adalah figur yang patut dijadikan contoh, termasuk dalam aspek kepemimpinan. Dalam waktu yang relatif singkat, yaitu sekitar 23 tahun, Nabi Muhammad SAW mampu memberikan perubahan semenanjung Arabiah.

Mulai dari taklik buta menuju tradisi kritis, dari mistis ke tradisional, dari hegemoni politik dan kekuasaan tiran ke keadilan politik. Otorianisme agama ke kebebasan beragama, dari perbudakan, kebodohan, ketidak adilan gender menuju keadilan sosio-kultural. Dengan revolusi yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat sebagaimana dilakukan oleh Nabi Muhammad saw pada 14 abad yang lalu, tentunya menjadi sangat penting jika nilainya ditarik pada konteks zaman sekarang.

Memahami peristiwa sejarah keberhasilan Nabi Muhammad saw. di kala itu, kemudian mengambil nilainya untuk dipikirkan dan direvitalisasi pada konteks kekinian adalah sesuatu yang sangat urgen dalam membangun peradaban manusia.

Secara normatif, al-Quran memandang kepemimpinan sebagai “perjanjian Ilahiah” yang melahirkan tanggung jawab menentang kezaliman dan menegakkan keadilan.

Melihat itu semua Nabi Muhammad SAW tidak saja sukses menjadi pemimpin agama, tapi juga pemimpin politik. Tentu saja kesuksesan beliau dalam memimpin tidak terlepas dengan menggunakan Kepemimpinan profetik.

Halaman:

Editor: Mamiq Alki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x