Menjadi Pemimpin Ideal Dengan Meneladani Kepemimpinan Profetik Rasulullah SAW

- 18 Januari 2024, 09:15 WIB
Fajrul Arsyad.
Fajrul Arsyad. /Dok. Warta Lombok/Mamiq Alki

Inilah pemimpin sejati yang memiliki kepekaan atas kesulitan rakyatnya (sense of crisis).

Nabi juga amat sangat berkeinginan agar umatnya aman, sentosa, dan selamat dunia akhirat (harishun alaikum). Kepemimpinan profetik memiliki semangat yang tinggi untuk mewujudkan rakyatnya berprestasi sehingga bangsanya meraih kemajuan gemilang (sense of achievement).

Baca Juga: Pecah Tangis, Jose Mourinho Resmi Dipecat Sebagai Pelatih As Roma

Nabi SAW juga memiliki sifat kasih sayang (raufunrahim) terhadap umatnya, bahkan orang- orang yang memusuhinya. Ia tidak pernah menginginkan kebinasaan ditimpakan pada orang lain, tidak pernah menyerang kecuali dalam mempertahankan diri dari serangan musuh dalam peperangan.

Bahkan dalam kehidupan berpolitik pun beliau meletakkan prinsip dasar komunikasi politik, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya “Maka dengan kasih sayang Allah kamu bersikap lembut kepada mereka, dan apabila kamu bersikap kasar lagi keras hati, maka sungguh mereka akan lari dari sekelilingmu”.

Ketiga, meneladani akhlak Nabi SAW yang mencintai, mengamalkan dan mengajarkan Alquran.

Alquran menegaskan, Nabi SAW memiliki akhlak yang agung (al-Qalam ayat 4). Ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi, jawabnya, "kana khuluqu al-Quran", akhlak Nabi itu adalah Alquran.

Maka, kepemimpinan profetik akan dimiliki setiap pemimpin yang mau mengkaji Alquran untuk ditadaburi, diamalkan, dan diajarkan. Sebaliknya, umat Islam yang memperoleh amanah sebagai pemimpin, tapi enggan atau jauh dari Alquran, niscaya hatinya akan keras, tertutup dari cahaya dan pertolongan Allah SWT.

Padahal, menjalankan amanah sebagai pemimpin butuh pertolongan-Nya. Prof. Tri Hanggono Achmad pernah mengatakan bahwa pemimpin adalah orang yang patuh dan lurus, (terhadap regulasi) dan tidak ingkar terhadap hal yang sudah disetujui bersama. Pada konteks ini berarti patuh dan taat pada Al-Qur’an dan Hadist sebagai referensi utamanya. Wallahu a’lam.***

Halaman:

Editor: Mamiq Alki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x