Penerapan Kurikulum Merdeka oleh Satuan Pendidikan di Indonesia, Hampir 70 Persen!

30 Agustus 2023, 12:15 WIB
Nadiem Makarim (Mendikbud RI) ketika memberikan arahan soa kurikulum merdeka belajar. /Tangkap Layar Instagram.com/@kemdikbud.ri

WARTA LOMBOK – Sama-sama telah diketahui, bahwa secara terbatas, implementasi Kurikulum Merdeka telah dimulai sejak tahun 2021 yang lalu. Adapun Kurikulum Merdeka tersebut telah diterapkan di berbagai Sekolah Penggerak yang berada di 111 Kabupaten/Kota. Kemudian pada tahun 2022, dimulai implementasi Kurikulum Merdeka yang dibuka untuk jalur mandiri.

Berdasarkan pada data Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), saat ini berbagai satuan pendidikan yang ada di seluruh Indonesia hampir 70% telah menerapkan Kurikulum Merdeka melalui Program Sekolah Penggerak, SMK Pusat Keunggulan, dan Implementasi Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri.

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Puskurjar Kemendikbudristek, yakni Zulfikri Anas, menuturkan bahwa ada sekitar 30 persen sekolah yang belum mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sebenarnya sudah mendapatkan informasi mengenai Kurikulum Merdeka melalui program Guru Berbagi atau komunitas-komunitas belajar.

Baca Juga: AMAZING! Gerakan Merdeka Belajar, Program KEMENDIKBUDRISTEK yang Jadi Inspirasi Negara-Negara ASEAN

“Informasinya sudah sampai lewat Platform Merdeka Mengajar (PMM), webinar, komunitas belajar, dan sebagainya. Saya beberapa kali ke daerah melihat komunitas belajar di berbagai daerah sudah aktif dimotori oleh guru penggerak. Jadi sekolah-sekolah yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka mungkin karena belum yakin,” tuturnya saat Workshop Pendidikan: Sosialisasi Kurikulum Merdeka di Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin, 28 Agustus 2023, dikutip Wartalombok.com dari laman resmi kemendikbud.go.id Selasa, 29 Agustus 2023.

 

Zulfikri mengutarakan, bahwa Kemendikbudristek telah merancang kurikulum belajar dengan sesederhana mungkin sehingga dapat diterapkan secara fleksibel dalam situasi apapun. Menurutnya, prinsip utama dalam Kurikulum Merdeka ialah materinya sederhana, esensial, fleksibel, dan kontekstual serta relevan dengan kebutuhan peserta didik dan kebutuhan di daerahnya masing-masing. Kurikulum Merdeka juga fokus pada penguatan karakter sehingga memberikan keleluasaan kepada guru untuk berkreasi dalam kondisi apapun.

“Yang penting meningkatkan kualitas hubungan antara guru dengan murid. Supaya murid punya keinginan belajar, cinta belajar, dan semangat belajar sepanjang hayat,” ungkapnya.

Baca Juga: FTK UIN Mataram Mengikuti Program Mitra Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Ia mengatakan, sesuai dengan kodrat dan fitrahnya sebagai manusia, tiap anak memiliki potensi yang berbeda satu sama lain, karena itu kita harus bisa memfasilitasi potensi yang berbeda-beda itu agar mereka bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa kemerdekaan berpikir hendaknya diberikan kepada anak agar memiliki rasa percaya diri. Hal itu sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang merangsang anak agar bisa menerapkan olah hati, olah pikir, olah rasa, olah karsa, dan olah raga.

 “Dalam situasi apapun, yang penting adalah mindset gurunya yang tidak lagi mengejar ketuntasan materi kurikulum, tapi membantu anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi fitrahnya,” ucapnya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi X Dewan Perwakilah Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), yakni Rano Karno juga memberikan apresiasinya terhadap implementasi Kurikulum Merdeka. Menurut Karno, penyederhanaan kurikulum dalam kondisi khusus di masa pandemi telah memitigasi ketertinggalan pembelajaran atau learning loss. Oleh sebab itu, perubahan kurikulum penting untuk dilakukan secara lebih komprehensif sehingga terwujudlah Kurikulum Merdeka.

Baca Juga: 10 Strategi Utama untuk Melaksanakan Merdeka Belajar sebagai Sistem Pendidikan Indonesia

“Saya mengundang semua pihak untuk bersama-sama menjalankan perjalanan pendidikan yang menarik ini. Jadilah penggerak perubahan positif dan menjadi inspirasi bagi siswa, serta memberikan sumbangsih bagi kemajuan pendidikan kita,” ajak Karno.

Ia juga menjelaskan bahwa ada tiga prinsip pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka. Pertama, pembelajaran intrakurikuler, yaitu pembelajaran yang dilakukan secara terdiferensiasi sehingga siswa dapat memahami konsep sesuai dengan waktu yang dibutuhkan dan guru bebas memilh perangkat ajar sesuai dengan karakter siswanya.

Kedua, pembelajaran kokurikuler, yaitu menerapkan projek penguatan profil pelajar Pancasila yang berfokus pada pengembangan karakter dan kompetensi umum siswa. Dan yang ketiga, pembelajaran esktrakurikuler, yaitu pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan bidang yang diminati siswa dan sumber daya yang dimiliki satuan pendidikan.

Baca Juga: Selain Dapat Seragam Sekolah Gratis, Kemendikbud Siapkan Uang Saku Rp1 Juta Bagi Siswa: Orang Tua Harus Cek..

“Jalan untuk memajukan pendidikan tidak selalu mudah. Mari kita bekerja sama untuk masa depan yang lebih gemilang melalui kebijakan Kurikulum Merdeka,” imbaunya.

Kegiatan Workshop Pendidikan: Sosialisasi Kurikulum Merdeka di Tangerang Selatan, Banten, dihadiri oleh puluhan pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Peserta workshop antara lain guru dari berbagai jenjang pendidikan, baik dari sekolah negeri maupun swasta, perwakilan dosen, perwakilan orang tua dari perkumpulan komite sekolah, dan organisasi terkait.

Salah satu peserta workshop, yaitu Yuyun Supianti juga memberikan apresiasi akan hadirnya Kurikulum Merdeka. Menurutnya, Kurikulum Merdeka menjadi salah satu solusi untuk permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia. Apalagi dengan tata letak geografis kita yang luar biasa beragam.

Baca Juga: Orang Tua Harus Tau Persyaratan Ini, PIP Kemendikbud Dibuka untuk Semua Siswa: Cek Disini Langsung..

“Tentunya Kurikulum Merdeka dan pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar menjadi salah satu solusinya,” kata Yuyun yang mengajar di SMAN 1 Kabupaten Tangerang.

Terkait dengan implementasi Kurikulum Merdeka dan proyek penguatan profil Pelajar Pancasila, Yuyun mengatakan bahwa SMAN 1 Kabupaten Tangerang baru menjadi pelaksana implementasi Kurikulum Merdeka pada tahun ini, tetapi mereka sudah membuat modul proyek penguatan profil Pelajar Pancasila dengan mengambil tema gaya hidup berkelanjutan.

Saat ini SMAN 1 Kabupaten Tangerang tengah membuat produk eco enzyme untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan lingkungan dan kebumian, termasuk masalah sampah dan polusi udara.

Baca Juga: Buku Sosiologi Pelajar SMA Memuat Situs Porno, Kemendikbud Desak Kominfo Lakukan Pemblokiran

“Ini bisa dibuat solusinya dengan eco enzyme. Ternyata dengan penyemprotan eco enzyme bisa mengurangi polusi udara. Sekarang eco enzyme menjadi salah satu projek dalam penguatan profil pelajar Pancasila,” tuturnya.

Yuyun menjelaskan, Kepala SMAN 1 Kabupaten Tangerang, yakni Jamilah, yang merupakan inisiator dari proyek eco enzyme. Kemudian proyek itu pun dilakukan bersama para siswa  untuk mengumpulkan sampah-sampah yang ada di sekolah dan dimanfaatkan sebagai eco enzyme.

Menurut Yuyun, inisiatif Kepala SMAN 1 Tangerang tersebut menjadi salah satu faktor yang mendorong terwujudnya implementasi Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan.

Baca Juga: Bantuan Kouta Internet Kemendikbud Sudah Cair Sekaligus untuk November dan Desember

“Dia bisa menginisiasi, kemudian kita bergerak dan tergerakkan juga seluruh stakeholder dan warga sekolah,” ujarnya.***

Editor: Mamiq Alki

Sumber: Kemendikbud.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler