Nilai Tukar Petani Turun Harga Gabahpun Merosot

Tayang: 2 April 2024, 17:30 WIB
Editor: Ahmad Riadi
Beberapa petani padi di Vietnam tengah telah mulai bekerja pada malam hari untuk menghindari suhu tinggi
Beberapa petani padi di Vietnam tengah telah mulai bekerja pada malam hari untuk menghindari suhu tinggi /
WARTALOMBOK - Menyikapi perkembangan ekonomi pertanian, Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia A. Widyasari, pada Senin, 1 Maret 2024, menyampaikan bahwa nilai tukar petani (NTP) dan nilai tukar usaha petani (NTUP) mengalami penurunan pada bulan Maret 2024.
 
 
Menurut Amalia, NTP pada bulan tersebut tercatat sebesar 119,39, turun 1,31% dibandingkan bulan Februari 2024. Penurunan NTP disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,46%, sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,86%.

"Penurunan NTP terjadi karena adanya penurunan indeks harga yang diterima petani, terutama pada komoditas gabah jagung dan cabai merah. Namun, terdapat peningkatan yang signifikan pada NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik sebesar 2,87%," ungkap Amalia, Senin 1 April 2024

Selanjutnya, NTUP pada bulan Maret 2024 tercatat sebesar 122,55, mengalami penurunan sebesar 0,62% dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,46%, sementara indeks biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami kenaikan sebesar 0,16%.

Peningkatan NTUP tertinggi terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik sebesar 3,69%.

"Kami mencatat bahwa terjadi penurunan NTUP terdalam pada subsektor tanaman pangan yang turun 4,33%, disebabkan oleh penurunan indeks harga yang diterima petani, meskipun indeks biaya produksi mengalami kenaikan," tambah Amalia.

Sementara itu, indeks harga yang diterima petani (IT) mengalami kenaikan signifikan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, naik sebesar 3,83%. Di sisi lain, indeks harga yang dibayar petani (IB) juga mengalami kenaikan sebesar 0,93%, khususnya pada subsektor tersebut.

"Tingginya kenaikan IT dan IB pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, khususnya kelapa sawit, karet, dan kakao, menjadi faktor utama dalam meningkatnya NTP pada sektor tersebut," jelas Amalia.

Selanjutnya, Amalia juga menyampaikan bahwa indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan 0,16%. Kenaikan BPPBM ini terutama dipengaruhi oleh naiknya harga benih padi, upah pemanenan, upah penanaman, serta bibit ayam ras pedaging. Meskipun demikian, peningkatan NTUP lebih tinggi dibandingkan kenaikan BPPBM.

"Dengan demikian, meskipun terjadi peningkatan biaya produksi, namun kenaikan harga yang diterima petani masih lebih tinggi, terutama pada subsektor tanaman perkebunan rakyat," pungkas Amalia.

Dengan demikian, penurunan NTP dan NTUP serta penurunan harga gabah bulanan menunjukkan adanya dinamika yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kebijakan ekonomi pertanian ke depan, sementara kenaikan IT, IB, dan BPPBM menunjukkan potensi sektor pertanian untuk terus berkembang.

 
 
 
 


Tags

Terkini

Trending

Berita Pilgub