Dampak Kudeta Myanmar Berkepanjangan, Pemerintah dan Masyarakat Myanmar Saling mengintai

- 7 April 2021, 16:35 WIB
Pengunjuk Rasa Myanmar
Pengunjuk Rasa Myanmar /pexels.com/Andrew PaKip

WARTA LOMBOK - Pemerintah militer Myanmar memblokir Internet, memeriksa ponsel, dan menghancurkan CCTV di jalanan, tetapi banyak rekaman kekerasan masih disimpan, dan dibagikan hingga hari ini.

Catatan-catatan tersebut akan menjadi bukti nyata dan memicu kecaman atas kekerasan dalam pemerintahan militer.

Minggu lalu, koresponden 'Claris Ward' CNN memasuki Yangon. Claris, yang memasuki negara itu dengan undangan dari administrasi militer, hanya melakukan wawancara terbatas. Tidak ada pilihan lain selain mewawancarai warga di jalan.

Baca Juga: Mingyu Seventeen Lanjutkan Aktivitasnya Di Dunia Hiburan Setelah Rumor Pelecehan Dan Kekerasan Menimpanya

Namun, jumlah warga yang menanggapi wawancara Claris sudah ketahuan. Warga memotret siapa yang tertangkap oleh siapa dan oleh siapa, dan mempostingnya di media sosial.

Tidak berhenti sampai di sini. Seorang pria dengan kaus kotak-kotak berdiri di depan sebuah toko menonton wawancara CNN.

Beberapa hari kemudian, identitas pria tesebut terungkap. Dia adalah seorang tentara. 

Pada bulan ini, komunikasi data di ponsel telah terputus dan layanan Wi-Fi terus dibatasi dikutip wartalombok.com dari naver.com.

Militer dan polisi secara rutin memeriksa lingkungan sekitar untuk melihat apakah adegan penindasan berdarah direkam dan segera menangkap ponsel warga di sepanjang jalan ketika ada video atau foto protes. 

Baru-baru ini, semua CCTV di jalan-jalan sekitar tempat unjuk rasa sedang dihancurkan.

Baca Juga: Sulis Duta NTB Berhasil Lolos ke Tahap Selanjutnya Tadi Malam di Liga Dangdut 2021

Terdapat laporan bahwa pemerintah militer Myanmar menggunakan sistem pelacakan Israel yang dapat melacak lokasi warga yang memposting video protes, lokasi kamera dan lokasi pemilik ponsel menggunakan teknik segitiga.

Tentara yang terlibat dalam penindasan berdarah memakai helm dan topeng dan menembak untuk mencegah mereka difoto dan diidentifikasi. 

Namun, mereka juga menggunakan sejumlah perangkat digital seperti telepon seluler.

Warga Myanmar bahkan membuat dan menggunakan aplikasi yang memungkinkan mereka mengetahui di mana militer dan polisi menjadi barikade dan pemeriksaan saat ini.

Warga negara terhubung dengan jaringan pribadi virtual (VPN), terhubung dengan LAN kabel dan mencari Wi-Fi seperti burung hantu.

Halaman:

Editor: Mamiq Alki

Sumber: news.naver.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x