WARTA LOMBOK - Ali bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat nabi yang terkenal karena kecerdasannya. Selain sebagai menantu Nabi, Ali bin Abi Thalib juga sosok sahabat yang pernah menjadi khalifah ke empat yakni setelah Usman bin Affan.
Kecerdasan Ali bin Abi Thalib, tersohor ke seluruh penjuru negeri, hingga kini nasihat-nasihatnya masih banyak diterapkan.
Salah satu nasihat beliau yang sayang jika tidak diterapkan adalah tentang konsep 7×3 dalam mendidik anak.
Lantas bagaimanakah cara mempraktekkannya?
Dikutip wartalombok.com , dalam postingan akun Instagram @seputaranakbalita , pada 2 Juli 2022, Ustaz Khalid Basalamah, menjelaskan cara praktik konsep 7×3 tersebut.
7 tahun pertama, didik anak dengan kelemah-lembutan, sebagai orang tua harus mengerti, bahwa itu adalah waktu utama untuk mereka.
7 tahun kedua, masuk ke dalam penanaman prinsip. Pada fase ini, orang tua boleh tegas, namun bukan keras. Antara keras dan tegas, berbeda.
Tegas itu, mengarahkan, "Nak ini salah, ini benar, ini boleh, ini tidak boleh" berbeda kalau keras, sedikit-sedikit, main tangan, itu kasar.
Baca Juga: Ginting Kembali Digilas Viktor Axelsen di Babak 8 Besar Malaysia Open 2022
Tegas ini, masih bisa dengan baik-baik, panggil anak baik-baik. Doakan dengan hati, nasihati dengan lisan, dengan penuh hikmah.
7 tahun ketiga, pada usia 14-21 tahun, ajak anak untuk musyawarah. Mulai pertimbangan anak, meskipun nanti pendapat mereka tidak langsung diterima.
Tujuan dari melibatkan anak ikut musyawarah ini, untuk melatih mereka terbiasa memberikan pendapat. Niatkan untuk mendidik, agar nanti saat mereka dewasa, siap jadi pemimpin.
Lalu saat anak, sudah berusia 21 tahun ke atas, bebaskan mereka di masyarakat. Berikan kepercayaan penuh, maka dia akan menjadi pemimpin.
Demikianlah cara praktik konsep 7×3 dalam mendidik anak. Sungguh luar biasa, didikan orang tua, jika mampu menerapkan metode ini secara tepat.
Sungguh anak, adalah aset, termahal bagi orang tua, baik di dunia, lebih-lebih di akhirat. Jika orang tua mempersiapkan anak-anaknya dengan tepat, maka baik yang akan diterima, begitu sebaliknya.***