Keutamaan 10 Hari Awal Dzulhijjah dalam Al Quran dan Hadits

- 11 Juli 2021, 18:29 WIB
Ilustrasi/Al Quran dan hadits menguraikan sejumlah keutamaan dalam 10 hari awal bulan Dzulhijjah.
Ilustrasi/Al Quran dan hadits menguraikan sejumlah keutamaan dalam 10 hari awal bulan Dzulhijjah. /FREEPIK/Creative_hat

WARTA LOMBOK - Untuk meningkatnya pahala ibadah yang dikerjakan, seorang mukmin tentunya perlu mengetahui kapan waktu terdapatnya fadilah yang banyak.

Hal tersebut perlu dilakukan agar seseorang bisa melakukan ibadah dengan maksimal pada waktu tersebut dan untuk menghormati waktu-waktu yang dianjurkan dalam melaksanakan ibadah.

Sehubungan dengan datangnya bulan Dzulhijjah sekarang ini, maka perlu diketahui keutamaan 10 hari awal dari salah satu bulan suci ini, sehingga seorang mukmin dapat memaksimalkan diri untuk beribadah pada waktu tersebut.

Baca Juga: Menyiarkan Nama-nama Orang yang Berkurban, Apakah Termasuk Riya?

Baca Juga: Amalan Sebelum Tidur Seorang Mukmin Agar Mimpi Bertemu Nabi Muhammad SAW

Sebagai muqaddimah dari penjelasan tentang kemuliaan bulan Dzulhijjah, yaitu dalam Al Quran Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalama surah Al-Fajr ayat 1 hingga ayat 2 yang artinya:1. Demi pajar, 2. Demi malam yang sepuluh.

Para ulama ahli tafsir berbeda pendapat dalam mengartikan ayat kedua. Ada yang berpendapat yang dimaksud adalah 10 hari terakhir di Ramadhan; ada yang berpendapat 10 hari awal Muharram; dan ada juga yang berpendapat 10 hari awal Dzulhijjah.

Hanya saja, pendapat yang sahih sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Ibnu Katsir adalah pendapat ketiga, yaitu 10 hari awal Dzulhijjah. (Abul Fida’ Ad-Dimisqi, Tafsîr Ibnu Katsîr, juz VIII, halaman 391).

Berkaitan dengan keutamaan 10 hari awal Dzulhijjah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:

“Tidak ada hari di mana amal kebaikan saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini. Rasulullah menghendaki 10 hari (awal Dzulhijjah). Lantas para sahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah?’ Rasulullah shallalâhu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun (mati syahid)’.” (HR. Al-Bukhari). (An-Nawawi, Riyâdhus Shâlihîn, juz II, halaman 77-78).

Halaman:

Editor: Herry Iswandi

Sumber: nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x