Awas Bahaya Istikharah Abal-abal

- 29 Agustus 2022, 05:00 WIB
Ilustrasi/Bahaya istikharah jika dilakukan secara serampangan.
Ilustrasi/Bahaya istikharah jika dilakukan secara serampangan. /PEXELS/GR Stocks

WARTA LOMBOK - Istikharah, secara etimologi merupakan derivasi dari kata istakhara-yastakhiru yang berarti mencari yang baik atau terbaik.

Namun, harus selalu diingat, dalam pencarian ada kalanya mendapatkan apa yang dicari (yang baik) dan kadang kala tidak.

Bahkan, tak jarang orang yang tak mendapat apa-apa dalam pencariannya.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Abdullah bin Katsir, Guru Para Pembaca Al-Qur'an

Dalam istikharah, itu semua tergantung apakah kita mampu membaca tanda dan isyarat atau tidak.   

Penting kiranya kita merumuskan kembali bagaimana peran istikharah di hadapan persoalan demi persoalan dan kebimbangan yang kita hadapi.

Namun haruskah memiliki kapabilitas mumpuni untuk beristikharah?  

Dalam Islam, kita diajarkan dua pendekatan untuk menghadapi setiap persoalan; (1) musyawarah dan (2) istikharah.

Keduanya sama-sama penting, wajar saja dua pendekatan ini mendapat kursi khusus dari perhatian legislator syariat.

Ada satu hadits menarik—kendati masih dipersoalkan kualitas kesahihannya—yang dikutip al-Quthb ar-Rabbani Imam Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitab Risalatul Mu’awanah wal Muzhaharah wal Muadzarah (hal. 114). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Halaman:

Editor: Herry Iswandi

Sumber: nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah