Sebelumnya Karhutla Membabi Buta, KLHK Nyatakan Luas Hutan Terbakar Menurun Signifikan Pada 2020

- 31 Desember 2020, 11:12 WIB
Tiga relawan pemadam kebakaran swasta melakukan penyedotan air dari parit untuk memadamkan api kebakaran hutan dan lahan di Jalan Parit Haji Husin II ujung, Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (11/12/2020). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang
Tiga relawan pemadam kebakaran swasta melakukan penyedotan air dari parit untuk memadamkan api kebakaran hutan dan lahan di Jalan Parit Haji Husin II ujung, Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (11/12/2020). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang /JESSICA HELENA WUYSANG/ANTARA FOTO

WARTA LOMBOK – Kita menoleh kebelakang, sejak kebakaran dahsyat yang melenyapkan 2.611.411,44 hektar hutan dan lahan di Indonesia pada 2015, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) memang berhasil ditekan, namun nahas tiga tahun berselang karhutla kembali membabi buta.

Pada 2018, lebih dari 529 ribu hektar hutan dan lahan terbakar, tiga kali lipat dari rekapitulasi luas karhutla pada 2017.

Setahun setelahnya karhutla kembali menimpa seluruh provinsi kecuali DKI Jakarta, menghanguskan 1,6 juta hektar hutan dan lahan. Jumlahnya bahkan melebihi akumulasi luas karhutla pada 2016-2018.

Baca Juga: Pemerintah Tak memiliki Trade Off Ekonomi dengan Lingkungan ditengah Dugaan Pembakaran Hutan Papua

Kendati Februari 2020, Presiden Jokowi telah memberlakukan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2020 sebagai upaya penguatan pencegahan dan penegakan hukum dalam menanggulangi karhutla di Indonesia, karhutla kembali terjadi sepanjang tahun ini. Pantauan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperlihatkan hingga akhir September 2020, api telah membakar lebih dari 120 ribu hektar hutan dan lahan di 32 provinsi.

Sebagaimana dilansir Wartalombok.com dari Antara dalam artikel "KLHK nyatakan luas hutan terbakar menurun signifikan pada 2020", namun diakhir 2020 data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan terjadi penurunan signifikan jumlah titik panas 2020 dibandingkan tahun sebelumnya dan jumlah luas lahan yang terbakar juga menurun drastis.

Baca Juga: 15 Fakta Yang Harus Anda Ketahui Tentang Korea, Ada Tradisi Minum dan Operasi Plastik

Dalam paparannya di acara "REFLEKSI 2020: SOIFO 2020, HINTS LHK dan SEEK 2021", Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK Rhuanda Agung Sugardiman mengatakan dalam pantauan berdasarkan satelit NOAA periode 1 Januari-28 Desember 2020 tercatat 1.114 titik panas, atau turun 87,54 persen dari 8.944 titik panas pada periode yang sama 2019.

"Jadi signifikan penurunan hotspot di tahun 2020 ini. Kalau kita lihat luasnya, terjadi penurunan 82 persen dibandingkan tahun 2019 ke 2020," ujar Rhuanda dalam acara yang dipantau virtual dari Jakarta pada Rabu itu.

Halaman:

Editor: Mamiq Alki

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah