Network
WARTA LOMBOK - Rumah Moderasi Beragama (RMB) UIN Mataram memberikan tanggapan terhadap hasil survei GIFFARI RESEARCH SURVEY EXCELLENCE (GRISE) yang menempatkan Kota Mataram, NTB, sebagai salah satu kota paling tidak toleransi di Indonesia tahun 2023.
Menurut ketua RMB, saudara Apipudin, hasil survei tersebut mencerminkan ulang temuan Setara Institut tahun lalu, namun perlu dicermati variabel dan indikator yang digunakan.
RMB UIN Mataram menyatakan bahwa survei tersebut seharusnya tidak dijadikan satu-satunya gambaran kondisi sosial keagamaan masyarakat Mataram.
Baca Juga: Ikan Pari Jawa Resmi Dinyatakan Punah oleh IUCN
Mereka menilai perlu adanya data hasil survei lain dengan variabel dan indikator yang berbeda untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.
Dalam pandangan RMB, kehidupan masyarakat Mataram, sebagai miniatur Indonesia, masih menjaga harmoni dan toleransinya.
Meskipun mengakui adanya permasalahan terkait izin rumah ibadah dan pengungsi Ahmadiyah transito, RMB UIN Mataram bersama organisasi masyarakat sipil lainnya berkomitmen untuk terus membangun harmoni dan kohesi sosial di Nusa Tenggara Barat, khususnya di Kota Mataram.
Baca Juga: Aktor Lee Sun Kyun Ditemukan Meninggal Dunia Oleh Polisi
Tanggapan ini disampaikan sebagai upaya untuk memberikan perspektif yang lebih luas terhadap situasi sosial keagamaan di Kota Mataram.
RMB UIN Mataram menekankan pentingnya memahami konteks dan dinamika masyarakat lokal dalam menilai tingkat toleransi.
