Memerdekaan Anak Bangsa dengan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

- 2 Oktober 2023, 08:00 WIB
Asip Suryadi, Widyaswara BDK Keagamaan DKI Jakarta.
Asip Suryadi, Widyaswara BDK Keagamaan DKI Jakarta. /Dok. Warta Lombok/Mamiq Alki

Oleh: Asip Suryadi (Widyaswara Balai Diklat Keagamaan DKI Jakarta)

WARTA LOMBOK - Mendengar kata Ki Hajar Dewantara maka teringat sebuah slogan yang sangat terkenal yang berbunyi: Ing Ngarso Sung Tulodo - Ing Madyo Mangun Karso - Tut wuri Handayani. Ini sebuah filosofi mendidik yang digagas empu pendidikan negeri ini dari rahim yang menurut sejarah sebelum kemerdekaan dirumuskan untuk menandingi filosofi pendidikan kolonial Belanda yang sangat diskriminatif dan feodal. Selanjutnya slogan ini dijadikan semoboyan Kementerian Pendidikan yang telah berhasil membangkitkan semangat pendidikan pada masyarakat dan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan.

Hal yang lebih membahagiakan bahwa slogan tersebut tidak sekedar lambang, namun dijadikan landasan filosofis dalam mengembangkan kurikulum baru yaitu Kurikulum Merdeka. Didukung dengan konsep Ki Hajar lainnya yaitu Pendidikan Sebagai Tuntunan, Kodrat Alam dan Kodrat Zaman serta prinsip Kemerdekaan Belajar para intelektual dan praktisi pendidikan bangsa mencoba mengembalikan pendidikan ke Bumi Ibu Pertiwi setelah sekian lama mengembara dengan filosofi dan praktek baik bangsa-bangsa lain. Dengan menatap kembali filosofi bangsa berarti anak-anak negeri mulai menemukan jati diri dan kepercayaan untuk berdiri di atas kaki sendiri.

Baca Juga: Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah/Madrasah

Baca Juga: Penandatanganan MoU MBKM Prodi Tadris Fisika UIN Mataram dengan Prodi Pendidikan Fisika UIN Sunan Gunung Djati

Merangkai kembali filosofi Ki Hajar Dewantara dan disandingkan dengan perkembangan Abad-21 maka kurikulum pendidikan Indonesia direformulasi menjadi Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini memiliki karakter utama lebih sederhana, fleksibel, pembelajaran bermakna, belajar sepanjang hayat, pembelajaran dan asesmen berdiferensiasi, serta mengedepankan pendidikan karakter yang mengarah kepada pencapaian Profil pelajar Pancasila (P3).

Karaker ini di madrasah ditambah dengan Profil Pelajar Rohmatan Lil-Alamin (P2RA). Penambahan profil Pelajar Rohmatan Lil-Alamin di madrasah diproyeksikan untuk menegaskan pentingnya dimensi ukhrowi dalam pendidikan dan menyelamatkan keutuhan bangsa dengan memelihara sikap beragama yang moderat.

Dalam Aspek Pembelajaran, pada kurikulum ini anak-anak bangsa tidak hanya belajar yang didominasi dengan kegiatan intrakurikuler tapi juga belajar mengenai hidup dan kehidupan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler. Kegiatan yang menjadi pembeda antara kurikulum sebelumnya dengan Kurkulum Merdeka adalah kewajiban menyelenggarakan kegiatan kokurikuler.

Halaman:

Editor: Mamiq Alki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x