HMI DULU DAN KINI, KONEKTIVITAS KADER DAN ALUMNI

- 5 Februari 2024, 17:16 WIB
Marsoan.
Marsoan. /Dok. Warta Lombok/Mamiq Alki

MEMINIMALISIR TEKANAN ALUMNI TERHADAP STRUKTURAL PB HMI DAN HMI CABANG

Kongres HMI dan Konfrensi Cabang HMI tidak sedikit diwarnai dengan aksi kekerasan, Kebiasaan perang ide gagasan yang dicontohkan oleh para senior HMI di era 70-80-an seolah-olah kehilangan ruh, tidak sedikit instansi pengambilan keputusan di Timngkat PB HMI dan cabang berahir dengan kekerasan fisik, pelemparan palu sidang, kursi dan dan botol air mineral, sidang-sidang pleno pada Kongres HMI tidak lebih bermartabat dengan Sidang Badan Penyelidik Usaha – Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUKI). Kongres HMI persis seperti pemilihan umum ( Pemilu) semua TPS dijaga Personil TNI-Polri, yang secara tidak langsung menggambarkan ada potensi kecurangan yang bersifat Terstruktur, Sistimatis dan Masif (TSM), atgara Peserta utusan, peninjau Organizing Comitte (OC) dan Steering Comitee (SC).

Kecurigaan antara peserta dan penyelengara tidak terlepas dari cawe-cawe para senior dengan motif berbeda-beda, ada motif Marwah Senior, marwah irisan Cabang, sampai pada motif politik-kekuasaan agar adek-adek tertib mengoperasikan organiasasi di Program kerja Bidang-bidang eksternal, minimal kasi kode, kalau mau mengkritisi Pemerintah Karena tidak sedikit para alumni mengoperasikan kekuasaan mulai dari pejabat BUMN, Pejabat eksekutif, legsilatif dan yudikatif, atau bisa sebaliknya Tim pengarah menjadi opisis, agar kritis terhadap Keuasaan.

Idependesni Pengurus HMI setenagh badan, kemerdekaan yang diatur sebagian kakanda dan Ayunda, telah melumpukan mesin produksi ide dan gagasan kader HMI, saya hawatiir puluhan tahun kedepan, kader HMI berlimpah, tapi kering dengan ide gagasan, HMI tidak lebih sebagai organiasi paguyuban, wadah kangen-kangenan, dan wadah menguatkan pangilan kakanda, Abangda dan Ayunda. Sementara kutup lain, sebagian pula para lumni menaruh harapan besar Kepada HMI agar kembali Ke-Khittah, berjuang atas dasar kemanusian, membela hak-hak Kuam Mustadafien, mengingatkan penmerintah dengan cara-cara bermartabat, bila dipandang telah melenceng dari konstitusi, KAHMI dan Alumni hanya sebagai garis Koordinasi, Konsultasi, sementara garis Intruksi ada Forum-Forum pengabilan Keputusan Tingkat pusat dan cabang.

Baca Juga: Fahri Hamzah, Gagasan Strategis Prabowo, Makan Siang Gratis: Solusi Untuk Mengatasi Stunting di Indonesia

Intervensi yang berlebihan kepada Stuktural HMI tidak hanya melahirkan kader pragmatis, opurtunis, namun pragmais di hawatirkan menjadi karakter sebagain Pengurs HMI diberbagai tingkatan, maka akan terjadi dua gersekan dua kutup yang sama, tidak mungkin terhindarkan suatu saat siklus ditekan dan menakan antara HMI dan Alumni jamak terjadi. Salah satu indikator karakter Pragmatis kader adalah dinamika tidak sehat dalam peralihan kepemimpinan HMI, baik ditingkat Pusat (PB HMI) maupun ditingkat cabang. Kepemimpinan di struktural HMI dianggap perebutan wilayah kekuasaan, dengan cara-cara layaknya partai Politik, tentu bagi yang aktif di struktural KAHMI mengerti bahwa Kongres HMI high cost. Cost yang tinggi ini bukan hanya pada operasional penyelenggaraan Kongres, namun terbaran cost di luar arena kongres angkanya mengegrikan, dan jamak pula terjadi masing-masing kadidat ketua umum mempunyai irisan alumni, dan kekuasaan politik masing-masing termasuk sumber pendanaan suksesi, kelihatan sederhana, namun sebagai alumnui mengingkan HMI hadir sepajang peradaban bangsa, merasa hawatir Organ Hijau Hitam akan punah, menjadi situs yang di teliti oleh akademisi melalui berbagai sumber pustaka. HMI yang gemilang hanya lenjadi literasi, HMI-KAHMI tidak lagi bersenggama dengan visi kebangsaan dan Ke-islaman, dia hanya masa lalu, dan terkadang untuk mengganti kerinduan, KAHMI memperkarsai Film Perjuangan HMI, dengan adegan lupa-lupa ingat, persis namun tidak sama.

Baca Juga: Influencer Marshel Widianto Menilai Gagasan Prabowo dalam Debat Pamungkas Masuk Akal dan Mudah Dimengerti

PLUS MINUS HMI KONEKSI SEBUAH OTOKRITIK

Tidak bisa dipungkiri distribsui alumni di berbagai Profesi, Penyelangagra Pemerintah, pejabat Publik, ada peran-peran koneksi antar alumni atas dasar ikatan emosioanal HMI, tidak sedikit jabatan yang didapatkan bukan atas kemitraan profesional, namun karena hubungan emosional semata, ,bahkan tidak sedikit ketika salah satu senior yang dianggungkan berkumpul satu wadah partai politik, atau jabatan publik lainnya, akan merangkul para alumni yang dia kenal sendiri, atau yang direkom sesama alumni.

Uji Kompetensi melaui media tes Tulis, wawancara dan tes Scilogis, hanya aksi menggugurkan administrasi, dampaknya yang tidak kita sasari adalah Praktif-praktik Nefotis telah tumbuh suburkan, sementara disetiap narasi orarsi kkebangsaan kita, pratik-praktik tersebut kita kritisi dan tidak sedikit kita benci. Narsi kebencian terhadap pratik nepotis menjadi hedline dihalaman depan media massa kita. Dan tidak sedikit pula kita bersadiwara memberikan pengharagaan berupa berupa piagam Abu bakar Assidiq Award, kendati satu sisi kita bangga banyaknya para alumni yang terserap di berbagai jabatan Publik, bahkan pernah dalam satu kabinet Presiden terbebtuk Komisariat Meneteri Alumni HMI. ya cukup membagakan, minimal menambah bahan kita untuk bercerita kepada calon kader HMI yang sedang melaksanakan Masa Perkenalan Anggota (MAPERCA), bahwa Sebaran Alumni hampir di semua cabang kekuasaan, ahirnya jumlah Alumni pada profesi penyelenggra negara jauh lebih besar dibandingkan sektor lainnya.Ahirnya Selamat Milad HMI ke-77, semoga oragniasi yang kita cintai ini, tetap eksis di jalan kebenaran dan keadilan. Yakin Usaha Sampai.***

Halaman:

Editor: Mamiq Alki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x