Mengenal Kain Tenun Ikat Khas Pulau Maringkik Lombok Timur, Warisan Budaya Leluhur yang Turun Temurun

28 Februari 2021, 19:59 WIB
Kain tenun ikat khas Pulau Maringkik merupakan warisan budaya leluhur yang turun temurun dan kini dilestarikan generasi muda setempat. /Instagram/@bungamaringkik

WARTA LOMBOK - Pulau Maringkik merupakan desa yang terletak di sebuah pulau kecil yang dulu masih menjadi bagian wilayah desa Tanjung Luar Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur.

Desa yang lebih dikenal dengan nama Pulau Maringkik tersebut memiliki jumlah penduduk cukup padat untuk ukuran sebuah pulau kecil.

Nelayan adalah mata pencaharian utama warga Pulau Maringkik dan kerajinan kain tenun ikat sebagai kegiatan sampingan yang biasanya digeluti ibu-ibu sembari menunggu suami pulang dari laut.

Baca Juga: Pergeseran Budaya Senggeger Sasak Lombok dan Pandangan Masyarakatnya

Baca Juga: ‘Senggeger’ Sasak Lombok Menurut Pandangan Beberapa Ilmuwan, Mitos atau Fakta

Kerajinan kain tenun ikat Pulau Maringkik adalah warisan budaya para leluhur yang dikembangkan oleh generasi penerusnya sampai sekarang.

Kain tenun ikat Pulau Maringkik termasuk kategori tenun ikat, yang berupa kain yang ditenun dari helaian benang kemudian motifnya dibuat dengan cara diikat untuk membentuk motif tertentu kemudian diberi warna.

Kerajinan kain tenun ikat Pulau Maringkik mempunyai beberapa motif kain tenun, yaitu motif sepak, motif biasa (kotak), dan motif kembangan.

Harga masing-masing motif itu pun berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesulitan dan banyak motif yang akan di tenun, harga selembar kain tenun juga bervariasi mulai dari kisaran Rp300-500 ribu tergantung dengan motif kain yang di sesek atau di tenun.

Alat tenun yang digunakan oleh penenun Pulau Maringkik masih menggunakan alat tenun yang tradisional, dengan cara di sesek.

Kerajinan kain tenun ikat Pulau Maringkik diharapkan bisa dikenal dan dipasarkan di tingkat lokal hingga mancanegara. Dok. Kelompok Kain Tenun Ikat 'Bunga Maringkik'

Baca Juga: Macam-Macam Senggeger Sasak Lombok, Kegunanaan serta Cara Menyikapinya

Baca Juga: 3 Grup K-Pop Baru yang Debut Pada Bulan Maret, Silahkan Simak Disini

Biaya yang digunakan untuk memproduksi selembar sarung tenun yang panjangnya 6 meter dan lebar sekitar 80 cm, mencapai 200-250 Ribu, dengan memakan waktu 7-14 hari proses pembuatan atau penyesekan benang.

Pendamping kelompok pengrajin kain tenun ikat Pulau Maringkik Muhsin, S.Pi ketika ditemui Tim Warta Lombok mengatakan pasar dari kain tenun ikat Maringkik masih dijual secara lokal saja, dan belum menembus pasar luar karena kurangnya promosi serta jumlah produksi untuk dipasarkan.

Muhsin mengatakan bahwa kerajinan kain tenun ikat Pulau Maringkik, merupakan bentuk kreatif yang patut dikembangkan agar menjadi ciri khas dari Pulau Maringkik pada khususnya. 

Tradisi menenun kain di Pulau Maringkik hingga kini masih dilestarikan dan menular ke generasi muda. Ada anggapan jika seorang warga tidak bisa menenun maka tidak dianggap penduduk asli Pulau Maringkik.

Kerajinan kain tenun ikat Pulau Maringkik merupakan warisan budaya yang harus tetap terjaga dan dilestarikan hingga dikenal banyak orang dan mempunyai nilai jual di pasar lokal maupun mancanegara.***

Editor: Herry Iswandi

Tags

Terkini

Terpopuler