Liga Kompetisi Peresean Desa Lendang Nangka Usai, Laskar Sasak Jabodetabek: 20 Pepadu Kita Bawa ke Jakarta

22 Juli 2023, 09:46 WIB
Liga Kompetisi Peresean Desa Lendang Nangka Telah Usai, Laskar Sasak Bidik Pepadu untuk Mentas di Jakarta /

WARTA LOMBOK - Liga Kompetisi Peresean yang diadakan di Desa Lendang Nangka Lombok Timur, babak Final yang mempertemukan Paguyuban Pepadu ADILUHUNG VS BINTANG UTARA, dimenangkan oleh Paguyuban Peresean ADILUHUNG.

 

Laga Final bertemu nya dua Paguyuban Pepadu dalam Liga Kompetisi Peresean yang telah bertanding pada hari Rabu, 19 Juli 2023, antara Paguyuban Pepadu Peresean ADILUHUNG VS BINTANG UTARA, ADILUHUNG memenangkan pertandingan.

Agenda lestarikan adat dan budaya, maka Liga Kompetisi Peresean yang diselenggarakan di Desa Lendang Nangka Lombok Timur, yang telah terlaksana 19 Juli pukul 16.00 Wita, babak Final mempertemukan Paguyuban Peresean ADILUHUNG VS BINTANG UTARA, dimenangkan oleh ADILUHUNG.

Baca Juga: Paguyuban Pepadu Peresean ADILUHUNG Keluar sebagai Juara Liga Kompetisi Peresean Drsa Lendang Nangka 2023

Telah terlaksana babak final pada Rabu pukul 16.00 Wita, Laga Final Liga Kompetisi Peresean antara Paguyuban ADILUHUNG dari Kec. Jerowaru Lombok Timur Ketua: Zaenuddin, dengan Paguyuban Peresean BINTANG UTARA dari Lombok Utara, Ketua: Rapidep.

Dalam laga babak final Liga Kompetisi Peresean Desa Lendang Nangka 19 Juli lalu pada pukul 16.00 Wita.

Berikut nama-nama Pepadu yang turun bertanding dari masing-masing Paguyuban Peresean:

Paguyuban Peresean ADILUHUNG

- Ombak Tenang

- Angin Alus

- Pendekar Pemecah Awan

- Gerandong

Paguyuban Peresean BINTANG UTARA

- Rajawali Angkuh

- Urik Buteng

- Raden Sesait

Dari Liga Kompetisi yang diadakan didesa Lendang Nangka beberapa waktu lalu, kegiatan ini diharapkan menjadi selektif untuk membawa 20 Pepadu ke Jakarta, dan dipentaskan secara Nasional di Taman Mini.

"InsyaAllah pada bulan Oktober tahun ini, kita akan membawa sekitar 20 Pepadu pilihan untuk kita bawa ke Jakarta, dan dipentaskan secara Nasional di Taman Mini Jakarta." Ujar Ketua Laskar Sasak Jabodetabek.

Selain itu, Ketua Laskar Sasak Jabodetabek menegaskan, agar para Paguyuban Peresean selalu mengembangkan potensi daerah ini, karena Peresean hanya ada di Lombok.

"Harapan kami, selain nantinya akan kami bawa sekitar 20 Pepadu ke Jakarta, para Paguyuban Pepadu Peresean yang ada di Lombok terus mengembangkan para pepadunya, serta mampu mencetak generasi baru agar budaya Peresean tetap ada dan makin tumbuh, karena Peresean ini hanya berada di Lombok saja, tidak ada di tempat lain" Imbuhnya.

Dilansir dari laman rri.co.id, tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat ini masuk ke dalam jenis pertunjukan seni tari daerah.

Penari disebut Pepadu yaitu orang yang akan mengadu kekuatan dalam arena pertarungan Peresean.

Pepadu akan diberi senjata berupa rotan yang disebut penjalin sebagai alat pemukul, dan sebuah tameng perisai berbentuk persegi yang bernama ende.

Dikutip dari laman resmi disbudpar.ntbprov.go.id, para Pepadu hanya akan mengenakan celana yang dibalut dengan kain penutup khas Lombok dan mengenakan ikat kepala.

Keduanya pun tidak mengenakan baju atau atasan dan hanya akan bertelanjang dada.

Para Pepadu akan mulai beradu kekuatan dengan iringan suara musik tabuhan dengan diawasi oleh seorang wasit peresean yang dikenal dengan nama Pekembar.

Terdapat dua Pekembar yang berada pada suatu peresean yaitu pekembar sedi di luar arena dan pekembar tengah di tengah arena.

Jika salah satu Pepadu mengeluarkan darah maka akan dianggap kalah, sehingga pemenang bisa langsung ditentukan.

Sementara jika dalam lima ronde belum ada Pepadu yang kalah, maka keputusan siapa pemenangnya berada di tangan para Pekembar.

Baca Juga: SAKSIKAN! Laga Bergengsi Babak Final Liga Kompetisi Peresean antara Paguyuban ADILUHUNG VS BINTANG UTARA

Sejarah Tradisi Peresean

Laskar Sasak Jabodetabek akan bawa 20 Pepadu Lombok untuk mentas Nasional Di Jakarta Oktober nanti
Sejarah Peresean adat Lombok ternyata tidak sekadar menjadi aksi adu kekuatan namun memiliki nilai-nilai dan maksud tersendiri.

Selain sebagai bagian dari pertunjukan, sejarah Peresean Suku Sasak tak lepas dari maksud dilaksanakannya tradisi ini pada zaman dahulu.

Dirangkum dari laman bobo.grid.id, terdapat dua alasan yang mendasari dilakukannya tradisi Peresean. Pertama adalah untuk menyeleksi para prajurit di masa berdirinya Kerajaan Lombok.

Para pemenang Peresean inilah yang dianggap sebagai kandidat terkuat dan dipilih sebagai prajurit. Kedua adalah sebagai tradisi untuk meminta hujan yang dilakukan pada bulan ke-7 kalender Suku Sasak.

Hal ini karena ketika Pepadu meneteskan darah ke tanah maka dipercaya bahwa hujan akan turun pada saat itu juga.

Pergeseran makna peresean dari seni bela diri menjadi pertunjukan seni tari memang terjadi, namun hal ini tidak mengurangi makna tradisi ini secara keseluruhan.

Budaya ini hingga sekarang masih dilestarikan dan selalu dihadirkan setiap tahun pada musim kemarau dan momentum perayaan-perayaan kedaerahan maupun nasional.

Atraksi Budaya Peresean, berawal mencari anak-anak pemuda terkuat, kini menjadi ajang memperkuat persaudaraan antar daerah dan antar agama.

Di Budaya Peresean untuk semua Pepadu memiliki prinsip yaitu asuh (mau diarahkan/dibimbing), asih (harus kasih saying), asah (dapat memberikan masukan terhadap cara bermain peresean yang baik).

Pada saat Pepadu masuk dalam arena harus berprinsip yaitu wiraga (tenaga), wirasa (tidak membuat lawan mati), wirama (Pepadu harus memainkan dengan penuh irama sehingga Peresean itu diiringi musik tradisional sasak), dan wibawa (setiap Pepadu harus mempertahankan wibawanya pada saat memainkan Peresean).

Baca Juga: Meriahkan Laga Perang Bintang di Kompetisi Liga Peresean Desa Lendang Nangka Hari Ini: Jadilah Saksi Serunya..

Aturan pertarungan Peresean

Pemberian Penghargaan oleh Koordinator Laskar Sasak Jabodetabek kepada para Juara
Para Pepadu bertanding menggunakan cambuk rotan (Penjalin) dan tameng atau perisai yang terbuat dari kulit lembu (Ende). Mereka akan saling menyerang dan menangkis.

Uniknya, peserta atau Pepadu tidak dipersiapkan sebelumnya karena mereka dipilih dari penonton yang hadir ketika acara pertarungan dimulai.

Atau bisa juga Pepadu yang berada di arena menunjuk salah satu yang hadir untuk menjadi lawannya.

Dengan bertelanjang dada, Pepadu memegang tongkat rotan di tangan kanan dan sebuah perisai di tangan kiri.

Dua orang Pepadu ini bersiap saling mengadu ketangkasan dan kejantanan di depan ratusan penonton yang mengelilingi mereka di luar arena.

Setiap Pepadu hanya boleh memukul bagian atas tubuh lawannya. Mereka tidak boleh memukul bagian bawah tubuh dari pinggang hingga kaki.

Nilai tertinggi akan didapat jika mampu memukul kepala lawannya. Pertarungan Peresean dilakukan dalam lima ronde. Pertarungan akan dianggap selesai jika salah satu dari Pepadu mengeluarkan darah.

Pemenangnya adalah Pepadu yang tidak terluka. Pertarungan ini dipimpin oleh seorang wasit yang disebut pekembar, dan dibantu oleh seorang pengadil.

Baca Juga: Laga Panas! Semifinal Liga Kompetisi Peresean antara ADILUHUNG VS BABAR RINJANI hari ini: Saksikan Keseruannya

Makna Tarung Peresean

Amaq Mila (Redaksi Warta Lombok)
Peresean tidak hanya ajang menguji keberanian saja. Di dalamnya terdapat pesan-pesan moral yang baik.

Arenanya sangat berguna untuk menguji sportivitas karena disaksikan oleh banyak orang. Para petarung harus menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang kurang baik serta kecurangan.

Dengan cara demikian, masyarakat Lombok dapat menunjukkan kemampuan dan harga dirinya. Tradisi Peresean adalah upacara yang diilhami dari legenda Putri Mandalika.

Pertarungan ini menggambarkan perselisihan antara pangeran-pangeran yang memperebutkan Sang Putri. Peresean mengingatkan kita untuk tidak saling bertikai sesama saudara.

Karena itulah, meski saling hantam, namun para Pepadu akan berangkulan ketika pertarungan usai.***

Editor: Mamiq Alki

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler