WARTA LOMBOK - Peresean yang diadakan di Desa Lendang Nangka Lombok Timur, kini mempertemukan Paguyuban Pepadu Ijo Ramban Biak VS Guntur Telu.
Bertemu nya dua Paguyuban Pepadu Peresean akan bertanding besok ini Jumat, 7 Juli 2023, antara Paguyuban Pepadu Peresean Ijo Ramban Biak VS Guntur Telu.
Agenda lestarikan adat dan budaya Peresean yang diselenggarakan di Desa Lendang Nangka Lombok Timur, besok ini mempertemukan Paguyuban Peresean Ijo Ramban Biak Vs Guntur Telu.
Baca Juga: Festival Seni Pertunjukan Budaya Olahraga Tradisional Peresean Lendang Nangka: Perkuat Persaudaraan
Jangan ketinggalan besok ini Paguyuban Peresean Ijo Ramban Biak, Kec. Lenek Raya VS Paguyuban Peresean Guntur Telu, Desa Songak, Kec. Sakra dan sebagai bintang pamungkasnya adalah ANGIN ALUS akan berlaga.
Dilansir dari laman rri.co.id, tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat ini masuk ke dalam jenis pertunjukan seni tari daerah.
Penari disebut Pepadu yaitu orang yang akan mengadu kekuatan dalam arena pertarungan Peresean.
Baca Juga: KKP UIN Mataram 20203: Mutiara yang Tersembunyi di Desa Sigar Penjalin Kabupaten Lombok Utara
Pepadu akan diberi senjata berupa rotan yang disebut penjalin sebagai alat pemukul, dan sebuah tameng perisai berbentuk persegi yang bernama ende.
Dikutip dari laman resmi disbudpar.ntbprov.go.id, para Pepadu hanya akan mengenakan celana yang dibalut dengan kain penutup khas Lombok dan mengenakan ikat kepala.
Keduanya pun tidak mengenakan baju atau atasan dan hanya akan bertelanjang dada.
Para Pepadu akan mulai beradu kekuatan dengan iringan suara musik tabuhan dengan diawasi oleh seorang wasit peresean yang dikenal dengan nama Pekembar.
Baca Juga: Meta Meluncurkan Aplikasi Baru Threads Sebagai Pesaing Twitter : diluncurkan hari ini
Terdapat dua Pekembar yang berada pada suatu peresean yaitu pekembar sedi di luar arena dan pekembar tengah di tengah arena.
Jika salah satu Pepadu mengeluarkan darah maka akan dianggap kalah, sehingga pemenang bisa langsung ditentukan.
Sementara jika dalam lima ronde belum ada Pepadu yang kalah, maka keputusan siapa pemenangnya berada di tangan para Pekembar.
Sejarah Tradisi Peresean
Selain sebagai bagian dari pertunjukan, sejarah Peresean Suku Sasak tak lepas dari maksud dilaksanakannya tradisi ini pada zaman dahulu.
Dirangkum dari laman bobo.grid.id, terdapat dua alasan yang mendasari dilakukannya tradisi Peresean. Pertama adalah untuk menyeleksi para prajurit di masa berdirinya Kerajaan Lombok.
Para pemenang Peresean inilah yang dianggap sebagai kandidat terkuat dan dipilih sebagai prajurit. Kedua adalah sebagai tradisi untuk meminta hujan yang dilakukan pada bulan ke-7 kalender Suku Sasak.
Hal ini karena ketika Pepadu meneteskan darah ke tanah maka dipercaya bahwa hujan akan turun pada saat itu juga.
Pergeseran makna peresean dari seni bela diri menjadi pertunjukan seni tari memang terjadi, namun hal ini tidak mengurangi makna tradisi ini secara keseluruhan.
Budaya ini hingga sekarang masih dilestarikan dan selalu dihadirkan setiap tahun pada musim kemarau dan momentum perayaan-perayaan kedaerahan maupun nasional.
Atraksi Budaya Peresean, berawal mencari anak-anak pemuda terkuat, kini menjadi ajang memperkuat persaudaraan antar daerah dan antar agama.
Di Budaya Peresean untuk semua Pepadu memiliki prinsip yaitu asuh (mau diarahkan/dibimbing), asih (harus kasih saying), asah (dapat memberikan masukan terhadap cara bermain peresean yang baik).
Pada saat Pepadu masuk dalam arena harus berprinsip yaitu wiraga (tenaga), wirasa (tidak membuat lawan mati), wirama (pepadu harus memainkan dengan penuh irama sehingga peresean itu diiringi musik tradisional sasak), dan wibawa (setiap pepadu harus mempertahankan wibawanya pada saat memainkan peresean).
Aturan pertarungan Peresean
Uniknya, peserta atau Pepadu tidak dipersiapkan sebelumnya karena mereka dipilih dari penonton yang hadir ketika acara pertarungan dimulai.
Atau bisa juga Pepadu yang berada di arena menunjuk salah satu yang hadir untuk menjadi lawannya.
Dengan bertelanjang dada, Pepadu memegang tongkat rotan di tangan kanan dan sebuah perisai di tangan kiri.
Dua orang Pepadu ini bersiap saling mengadu ketangkasan dan kejantanan di depan ratusan penonton yang mengelilingi mereka di luar arena.
Setiap Pepadu hanya boleh memukul bagian atas tubuh lawannya. Mereka tidak boleh memukul bagian bawah tubuh dari pinggang hingga kaki.
Nilai tertinggi akan didapat jika mampu memukul kepala lawannya. Pertarungan Peresean dilakukan dalam lima ronde. Pertarungan akan dianggap selesai jika salah satu dari Pepadu mengeluarkan darah.
Pemenangnya adalah Pepadu yang tidak terluka. Pertarungan ini dipimpin oleh seorang wasit yang disebut pekembar, dan dibantu oleh seorang pengadil.
Makna Tarung Peresean
Peresean tidak hanya ajang menguji keberanian saja. Di dalamnya terdapat pesan-pesan moral yang baik.
Arenanya sangat berguna untuk menguji sportivitas karena disaksikan oleh banyak orang. Para petarung harus menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang kurang baik serta kecurangan.
Dengan cara demikian, masyarakat Lombok dapat menunjukkan kemampuan dan harga dirinya. Tradisi Peresean adalah upacara yang diilhami dari legenda Putri Mandalika.
Pertarungan ini menggambarkan perselisihan antara pangeran-pangeran yang memperebutkan Sang Putri. Peresean mengingatkan kita untuk tidak saling bertikai sesama saudara.
Baca Juga: Tiga aktris idola papan atas, YoonA, Suzy, dan IU, bersaing untuk meraih gelar Ratu Romcom.
Karena itulah, meski saling hantam, namun para Pepadu akan berangkulan ketika pertarungan usai.***