Beras Sumbang Andil Inflasi Maret 2024

- 2 April 2024, 13:18 WIB
Pedagang beras di Pasar Mardika Ambon.
Pedagang beras di Pasar Mardika Ambon. /Antara/John Soplanit/

WARTALOMBOK - Menyusul peninjauan khusus tentang kondisi beras pada Maret 2024, Amalia A. Widyasari, Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), mengungkapkan bahwa harga beras masih mengalami inflasi secara bulanan sebesar 2,06%. Hal ini memberikan andil sebesar 0,09% terhadap inflasi secara umum.

 

Mundurnya masa tanam yang diikuti masa panen berdampak pada pola pembentukan harga beras. Pada periode sebelumnya, terutama awal tahun 2023, harga beras mengalami inflasi tiga kali dengan tingkat yang cukup tinggi, terutama pada Januari, Februari, dan Maret 2023.

 

"sepanjang periode April 2023 hingga Maret 2024, inflasi beras mengalami fluktuasi yang signifikan," ungkap Amalia pada Pers Rilis BPS di Jakarta, Senin 1 April 2024.

 

Peningkatan yang tinggi terjadi pada bulan September 2023 akibat dari peristiwa El Niño dan pembatasan ekspor beras di pasar global oleh beberapa negara, hingga penurunan bertahap seiring mulainya panen raya pada Maret 2024 yang menyebabkan peningkatan produksi beras di dalam negeri.

 

Selanjutnya, Amalia juga menyoroti inflasi telur dan daging ayam ras yang masih tinggi pada Maret 2024, terutama karena meningkatnya permintaan selama bulan Ramadan. Meskipun demikian, dengan peningkatan produksi jagung pada bulan Maret 2024, akan berdampak pada harga bulan-bulan berikutnya.

 

"Memasuki masa panen jagung dan beras mengakibatkan suplai bertambah, yang tentunya berdampak pada harga pakan ternak yang menurun membawa dampak harag telur juga akan turun”

 

Dalam perkembangan selanjutnya, Amalia juga menyampaikan bahwa tingkat inflasi tahunan pada Maret 2024 mencapai 3,05%, menunjukkan peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 102,99 pada Maret 2023 menjadi 106,13 pada Maret 2024. Kelompok pengeluaran yang memberikan kontribusi besar terhadap inflasi ini adalah makanan, minuman, dan tembakau, dengan andil sebesar 2,09%. Komoditas seperti beras, daging ayam ras, cabai merah, telur ayam ras, dan bawang putih menjadi penyumbang inflasi pada kelompok ini.

 

Dalam sebaran inflasi tahunan menurut wilayah, Provinsi Papua Barat mencatat inflasi tertinggi sebesar 4,78%, sementara Provinsi Papua Barat Daya mencatat inflasi terendah sebesar 1,42%. Data inflasi di masing-masing wilayah menunjukkan variasi yang signifikan, dengan beberapa provinsi mengalami inflasi yang lebih tinggi daripada yang lain.*

Editor: Ahmad Riadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah