Rusia Terlambat Sediakan Data Vaksin, Brasil Batalkan Kontrak Vaksin Covid-19 Milik Rusia

1 Agustus 2021, 05:24 WIB
Menteri Kesehatan Brasil Marcelo Queiroga rencana akan batalkan kontrak vaksin dengan Rusia /pixabay.com/torstensimon

 

WARTA LOMBOK - Brasil merencanakan untuk membatalkan kontrak yang telah ditandatangi pada Maret lalu. Kontrak ini mengenai 10 juta dosis vaksin Corona Sputnik V dari Rusia.

Pembatalan kontrak ini diterangkan oleh Menteri Kesehatan Marcelo Queiroga pada Kamis, 29 Juli lalu ketika  Amerika Selatan sedang berjuang mengatasi salah satu pandemi terburuk di dunia. 

Queiroga mengatakan alasan pembatalan kontrak ini adalah karena proses pendaftaran dengan pihak pengontrol kesehatan Brasil Anvisa telah lewat batas waktu.

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta 1 Agustus 2021: Masalah Datang Bertubi-tubi, Elsa Tidak Sanggup Hidup Lagi

Baca Juga: Joe Biden Prediksi Jakarta Bakal Tenggelam 10 Tahun Lagi, Ini Alasannya

Ia menambahkan program vaksinasi nasional Brasil belum membutuhkan vaksin Rusia saat ini tetapi dapat berubah jika Anvisa telah mengijinkan Sputnik V.

Perjanjian ini direncanakan akan mengimpor 10 juta dosis yang telah ditandatangai dengan perusahaan farmasi Brasil Uniao Quimica. Uniao Quimica telah merencanakan untuk memproduksi vaksin secara lokal.

Namun kontrak ini memerlukan persetujuan segera dari Anvisa yang terhambat karena Uniao Quimica tidak menyediakan data yang cukup mengenai vaksin tersebut, menurut pihak Anvisa.

Sebanyak enam belas pemerintah bagian Brasil telah meminta ijin untuk impor vaksin Rusia yang telah disetujui berdasarkan beberapa syarat termasuk proses tes di Brasil. Anvisa menerangkan bahwa hanya ada empat negara bagian yang setuju terhadap syarat-syarat tersebut.

 Baca Juga: Annemiek van Vleuten Raih Medali Emas di Olimpiade Terakhirnya

Baca Juga: Bali United Resmi Berpisah dengan Diego Assis

Dana Investasi Langsung Rusia  memasarkan vaksin yang dikelola oleh Institut Gamaleya Moskow sedangkan pihak Uniao Quimica tidak merespon permintaan untuk berkomentar.

Queiroga menerangkan dalam konferensi pers dengan mengumumkan pembatalan dari kontrak seharga 1,6 miliar real atau 316 juta dolar AS untuk 20 juta dosis Covaxin. Covaxin adalah vaksin Covid-19 yang dibuat oleh perusahaan India Bharat Biotech.

Ia mengatakan bahwa kontrak ini telah dibatalkan dan tidak berlaku lagi secara hukum karena Anvisa tidak menyetujui vaksin tersebut. Sementara itu Bharat mengakhiri kerjasama dengan Precisa Medicamentos selaku pihak perwakilan Brasil sekaligus perantara.

Baca Juga: Penemuan Mayat di Tengah Sawah Gegerkan Warga di Bima

Brazil melaporkan kasus infeksi Covid-19 sebesar 20 juta dan lebih dari 550,000 kematian sejak pandemi dimulai. Walaupun jumlah kematian per hari telah menurun sekitar lebih dari setengah sejak puncak  pandemi di bulan April. Negara ini telah dilanda tingkat kematian tertinggi kedua di dunia.***

Editor: Mamiq Alki

Sumber: Channel News Asia

Tags

Terkini

Terpopuler