WARTA LOMBOK - Gencatan senjata yang telah dicapai antara Palestina dan Israel, setelah 11 hari pertempuran di Gaza, dianggap masih rapuh.
Pandangan tersebut disampaikan oleh Abeer Z Barakat, seorang dosen di University College of Applied Science di Jalur Gaza, dalam diskusi virtual tentang Palestina yang diselenggarakan Universitas Islam Indonesia pada Sabtu.
“Kami tahu bahwa gencatan senjata ini rapuh. Pada hari pertama pelaksanaan gencatan senjata, pasukan pendudukan Israel kembali menargetkan jamaah di Masjid Al Aqsa,” kata aktivis Palestina tersebut.
Baca Juga: Mahogany Geter, Sosok Model Fashion Inspiratif Meski Menderita Limfedema
Baca Juga: Aksi Dukung Palestina Kian Marak di Prancis, Sebut Kami Semua adalah Orang Palestina
Secara umum menurut Abeer, warga Palestina tidak lagi memercayai Israel karena negara penjajah itu tidak mematuhi perjanjian internasional, resolusi PBB, ataupun berbagai kesepakatan yang telah dicapai untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan antara kedua negara itu.
Karena itu meskipun gencatan senjata sudah diumumkan, Abeer menyatakan warga Palestina tahu bahwa setiap saat Israel bisa kembali melakukan pengeboman di Gaza.
“Kami sama sekali tidak aman. Kami tidak tahu kapan perang berikutnya akan datang,” ujarnya.
Pandangan yang sama tentang gencatan senjata terbaru Palestina-Israel juga disampaikan oleh Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri RI Bagus Hendraning Kobarsyih. Ia merujuk pada bentrokan antara aparat Israel dan jamaah Muslim di Al Aqsa.