Pakar Sebut Stop Penggunaan Genose untuk Verifikasi Perjalanan, Netizen: Apa Setiap Bepergian Bayar 100 ribu?

21 Juni 2021, 18:57 WIB
Ahli Biologi Molekuler Ahmad Utomo meminta penggunaan GeNose disetop, terutama untuk verifikasi perjalanan. /Twitter.com/@PakAhmadUtomo

WARTA LOMBOK – Sejumlah pakar kembali menegaskan keraguannya pada penggunaan GeNose sebagai alat tes Covid-19 sehingga meminta pengunaannya dihentikan dan beralih ke tes yang lebih valid seperti antigen atau PCR.

Namun, menanggapi hal tersebut sejumlah warganet berkomentar, bahwa yang menjadi kelebihan dari GeNose adalah harga tes yang murah dan akan menyulitkan apabila GeNose dihapuskan.

Sebelumnya, dilansir wartalombok.com dari Twitter-nya, Ahli Biologi Molekuler Ahmad Utomo meminta penggunaan GeNose disetop, terutama untuk verifikasi perjalanan. Dia juga meminta untuk perjalanan dikembalian ke tes standar baku, kecuali sudah ada bukti validasi GeNose dari minimal 3 kampus merdeka.

Baca Juga: Ini preview Euro 2020 Rusia vs Denmark

Menanggapi hal tersebut, akun Twitter @fidbecks_ membalas, bahwa untuk mengembalikannya ke alat tes terstandar baku, pemerintah harus memastikan harganya bisa sama atau semurah GeNose.

“Saya bukan akademisi yang pinter pak, tapi apa ada tes lain semurah Genose? Apa setiap orang bepergian harus bayar tes 100rb-an? Daripada mikirin efektif atau enggaknya Genose? Pakar senior ga mikir apa gimana caranya gratisin tes yg lebih efektif,” ujarnya, Senin 21 Juni 2021.

Senada, akun @SomoGlebod membandingkan harga tes GeNose yang hanya Rp30.000 dengan harga tes Antigen yang sampai Rp150.000 dan PCR yang lebih mahal lagi.

“Buat kami para pekerja kelas menengah kebawah nggak ada lain, pilihnya yang 30K untuk persyaratan perjalanan. Kecuali antigen 50K nggak apa-apa lah,” cuitnya.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Senin, 21 Juni 2021: Aldebaran Menghubungi Polisi, Elsa Cemas dan Terus Minta Maaf

Begitu pula dengan akun @dianavivi2, yang juga mempermasalahkan hal yang serupa, terkait dengan harga.

“Setuju aja pak [kembali antigen atau PCR]. Tapi bisa jamin ngga harganya sama kayak GeNose bahkan mungkin lebih murah? Biar kita ini ngga dipersulit dari segala hal,” ujarnya.

Bukan tanpa dasar, para pakar meragukan validitas dan akurasi GeNose lantaran belum ada hasil uji klinis dari universitas lain selain Universitas Gadjah Mada (UGM). Hal ini berpotensi membuat bias penelitian tidak terlihat.

“Kan yang mengerjakan baru satu kampus, jadi kalau ada potensi bisa tidak kelihatan. Saya ingat dulu ada beberapa kampus merdeka yang dilibatkan untuk validasi, nah ini kok masih belum keluar hasilnya, mengapa? Kalau teknologi memang akurat, maka tidak masalah dilakukan di kampus yang berbeda dan memberikan hasil yang sama. Tapi kalau ternyata berbeda? Hmmm, maka saya heran kok ndak keluar sih hasilnya, sejak Februari loh,” tegasnya.***

Editor: M. Syahrul Utama

Sumber: Twitter @PakAhmadUtomo

Tags

Terkini

Terpopuler