Hikmah di Balik Larangan Nabi Adam dan Hawa Mendekati hingga Memakan Buah Khuldi

10 September 2021, 08:04 WIB
Ilustrasi/Hikmah penting di balik diusirnya Adam dan Hawa dari Surga setelah memakan buah Khuldi. /PIXABAY/Gabriela Piwowarska

WARTA LOMBOK - Ketika Iblis diusir dari surga, Nabi Adam AS dan istrinya, Sayyidah Hawa, hidup tenteram di dalam surga. Mereka menikmati segala fasilitasnya.

Allah SWT membolehkan keduanya untuk memakan makanan surga apa saja yang mereka mau, kecuali buah Khuldi. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam (QS Al Baqarah: 35) yang artinya:

“Dan kami berfirman: ‘Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.”

Baca Juga: 10 Pondok Pesantren Tertua di Indonesia, Rata-rata Berusia Ratusan Tahun

Ayat ini menunjukkan, yang dilarang adalah mendekati pohon Khuldi, bukan memakan buahnya. Padahal jelas, bahwa Adam dan Hawa dihukum karena memakan buah Khuldi, bukan karena mendekati pohonnya. Mengapa demikian?

Syekh Ahmad bin Musthafa al-Maraghi (w. 1952 M) dalam tafsirnya menjelaskan, larangan untuk mendekati sesuatu itu lebih efektif dari pada langsung melarang pada sesuatu itu sendiri atau to the point.

Larangan demikian akan membuat orang lebih menjauhi potensi-potensi yang membuatnya terjerumus dalam suatu kesalahan. (Al-Maraghi, Tafsîrul Marâghi).

Dengan larangan demikian, harapannya agar lebih memberi pengaruh kepada Adam dan Hawa untuk tidak sekali-kali memakan buah Khuldi.

Ini sebagai bentuk peringatan bagi keduanya akan menghadapi godaan berat Iblis, meskipun pada akhirnya mereka melanggar larangan Allah tersebut.

Penuh kelicikan, Iblis menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah Khuldi. Tujuannya adalah agar kedua aurat Adam dan Hawa terbuka. Selama di surga, keduanya belum pernah melihat aurat vital itu satu sama lain.

Baca Juga: Ini Hukum Jika Seorang Istri 'Minta' Hubungan Badan Lebih Dulu, Pahalanya Tak Terkira

Terbukanya aurat tersebut dianggap sebagai aib yang sangat buruk. Kisah ini juga menunjukkan bahwa membuka aurat merupakan tindakan yang paling buruk dalam Islam.

Trik yang digunakan Iblis untuk menggoda Adam dan Hawa adalah dengan memberi janji palsu.

Iblis berjanji, jika memakan buah Khuldi keduanya akan naik jabatan menjadi malaikat, atau menjadi kekal selamanya di surga; tidak akan mati sampai kapan pun.

Bualan Iblis berhasil, siapa yang tidak ingin naik jabatan dan keabadian? Adam dan Hawa memakan buah haram yang dilarang Tuhan-nya. (At-Tanthawi, Tafsîrul Washît)

Menurut Ibnu ‘Abbas, alasan Adam dan Hawa bersedia memakan buah Khuldi adalah karena Iblis berjanji dengan menyebut nama Allah.

Mereka meyakini, janji dengan menyebut nama Allah tidak mungkin merupakan kebohongan. Namun dugaannya salah, Iblis terlalu licik. (Al-Qurthubi, al-Jâmi’ li Ahkâmil Qur’ân).

Adapun hikmah dikeluarkannya Nabi Adam AS dan Siti Hawa adalah:

Pertama, berbuat salah adalah tabiat manusia. Terjerumusnya Adam dan Hawa dalam menerjang larangan Allah dengan memakan buah Khuldi adalah bukti bahwa kesalahan sudah menjadi tabiat manusia.

Baca Juga: Hukum Ejakulasi di Luar Rahim untuk Menghindari Kehamilan Menurut Sejumlah Ulama

Kesalahan itu tidak lepas dari godaan setan sebagaimana Adam dan Hawa dijerumuskan Iblis.

Kedua, sifat manusia menyukai jabatan dan keabadian. Kesalahan yang diberbuat Adam dan Hawa adalah karena godaan Iblis dengan iming-iming jabatan menjadi malaikat dan keabadian di surga.

Jangan heran, jika sampai hari ini perebutan kursi jabatan menjadi hal lumrah. Selain itu, manusia juga menyukai keabadian. Buktinya, banyak manusia yang lebih memilih berumur panjang daripada umur pendek.

Ketiga, kesalahan Adam dan Hawa mendorong manusia untuk selalu bertawakal kepada Allah SWT.

Setelah tahu bahwa manusia tidak bisa lepas dari godaan setan untuk terjerumus dalam lembah maksiat, maka jalan satu-satunya adalah tetap bertawakal kepada Allah SWT dan meminta perlindungan-Nya.

Keempat, menyegerakan diri untuk bertaubat. Begitu Adam dan Hawa sadar bahwa dirinya berdosa, segera mereka mengakui kesalahan dan meminta ampunan kepada Allah SWT.

Baca Juga: Asal Penciptaan Bidadari Surga dan Cara Mereka Melayani Hamba Allah yang Saleh di Akhirat Nanti

Ini menjadi pelajaran bahwa ketika seseorang telah melalukan kesalahan, hendaknya ia segera bertaubat, meminta ampunan kepada Allah SWT.

Karena itu, Rasulullah SAW pernah bersabda, bahwa setiap manusia berpotensi salah, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat.***



 

Editor: Herry Iswandi

Sumber: nu.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler