Sains dan Teknologi dalam Pandangan Islam

- 30 November 2020, 17:36 WIB
Ilustrasi Sains Islam
Ilustrasi Sains Islam /pixabay.com/john1cse

WARTA LOMBOK - Sains dan Teknologi dalam Pandangan Islam

Oleh: Putri Dinda Alfadia Lestari (Prodi Tadris Fisika UIN Mataram)

Sains dan teknologi adalah sebagai alat bagi manusia untuk mengurangi peran dan beban manusia dalam melakukan sesuatu. Dengan hadirnya sains dan teknologi manusia sebenarnya dapat mengurangi keterlibatannya secara menyeluruh dalam setiap aktivitas kehidupan.

Sains juga dapat mensejahterakan manusia apabila digunakan sesuai aturan yang digariskan oleh agama.

Baca Juga: Saturnus dan Jupiter akan 'Berdampingan' Desember Ini Momentum 800 Tahunan

Demikian juga penggunaan teknologi yang hampir mendominasi seluruh kehidupan manusia tanpa mengenal batas tempat dan waktu.

Jika manusia mengetahui akan keterbatasannya sebagai makhluk ciptaan Allah di muka bumi ini sungguh tidak ada kesombongan dalam benak manusia walaupun dia sanggup menguasai sains dan teknologi yang super canggih sekalipun.

Ini disebabkan bahwa Allah swt merupakan sumber segala ilmu dan Dialah yang memiliki ilmu meliputi seluas langit dan bumi yang tidak ada satu makhluk-pun yang bisa menandingi keilmuan-Nya.

Maka, sudah sepantasnyalah manusia yang memiliki secuil ilmu pengetahuan agar tidak mencampakkan atau mengesampingkan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat menyelamatkan manusia dari api neraka dan membelanya ketika berada di alam barzakh (alam kubur).

Milikilah ilmu yang dapat meningkatkan kesyukuran kepada Sang Pemiliknya, dan ilmu yang dapat memperhambakan diri kepada-Nya.

Baca Juga: Terbesar Di Asia, Satelit Satria Segera Hadirkan Internet Jangkau Seluruh Wilayah

Sains, Teknologi, dan seluruh ilmu pengetahuan lainnya sebenarnya bermuara pada satu sumber, yaitu dari Allah swt. Allah akan memberi ilmu kepada orang-orang yang bersungguh-sungguh mencarinya lewat berbagai cara penelitian, pengkajian, dan pengajian di manapun di alam ini.

Namun, Allah swt tidak membatasi ilmu itu hanya kepada umat Islam, akan tetapi Dia akan memberikannya kepada yang mau bersungguh-sungguh. Dalam al-Qur’an surat al-Rahman ayat 33 Allah berfirman yang artinya:

“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembusilah. Kamu tidak akan mampu menembusinya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).’’

Dalam ayat di atas Allah menggunakan perkataan “Sultan” Para mufassirin menafsirkan perkataan “Sultan” dengan kekuatan, penguasa, peneliti, pengkajian, dan ilmu pengetahuan.

Kenyataannya dalam dunia moderen ini seolah-olah orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi canggih adalah manusia-manusia yang tidak mampu berterima kasih kepada-Nya.

Baca Juga: Tak Terima Dicaci Main Game PUBG, Seorang Pria Labrak Seorang Bapak-Bapak

Mereka diberi ilmu tetapi bukan digunakan untuk memakmurkan manusia, mensejahterakan umat, dan membuat manusia bersyukur kepada pemilik ilmu, akan tetapi ilmu yang mereka kembangkan kebanyakan digunakan untuk menyengsarakan manusia seperti pembuatan senjata-senjata canggih, senjata kimia, senjata pemusnah, yang semua itu hanya dikhususkan untuk menghancurkan musuh manusia.

Di lain pihak Allah sengaja menciptakan manusia dengan tujuan agar mereka dapat menikmati hidup di dunia ini dan kemudian mempertanggungjawabkan seluruh kehidupannya.

Namun belum sempurna mereka hidup sudah duluan dibumi hanguskan oleh senjata-senjata pemusnah, bom atom, dan alat-alat kimia yang mematikan.

Semakin terkuaknya hijab keilmuan, semakin banyak temuan di zaman modern ini sehingga paradigma berfikir manusia-pun semakin pragmatis dan apatis. Jika ahli sains dan ahli teknologi memiliki pemahaman keagamaan dan moral yang agung, maka kewujudan pakar atau tenaga ahli tersebut akan mendapat kedudukan yang tinggi di tengah manusia.

Baca Juga: Demi Cinta! Nenek 62 Tahun Rela Permak Wajah Untuk Nikahi Brondong 26 Tahun

Sebaliknya, jika para ilmuwan dan teknokrat menjauhkan diri dari nilai-nilai moral yang penuh kesakralan, maka tidak menutup kemungkinan kesombongan ilmu akan terjadi di kalangan kita. Seyogiyanya semakin banyak ilmu yang kita ketahui atau yang kita miliki maka semakin kerdil kita dihadapan Allah swt. Semakin banyak ilmu yang kita miliki semakin bodoh kita rasakan.

Al-Ghazali mengatakan bahwa ilmu yang diberikan kepada manusia adalah sedikit sekali ibarat kita mencelupkan telunjuk ke dalam air kemudian kita angkat dan berapa tetesan air yang jatuh dan berapa lama kering air ada di telunjuk kita, sebanyak itulah ilmu yang kita miliki.

Dalam al-Qur’an Surah Al-Isra’ ayat 85, Allah berfirman yang artinya: … dan tidaklah kamu diberi ilmu pengetahuan melainkan sedikit”.

Baca Juga: Asuhan Facebook Luncurkan Mata Uang Cryptocurrency Libra Tahun 2021

Kalau kita merujuk kepada ayat ini memang manusia serba keterbatasan dalam penguasaan sains dan teknologi serta ilmu pengetahuan lainnya.

Namun ada orang beranggapan bahwa Nabi Sulaiman a.s. diberi ilmu cukup banyak oleh Allah sehingga dia bisa berkomunikasi dengan seluruh binatang, dengan seluruh jin, bisa memerintahkan angin, dan sebagainya.

Namun ketika Nabi Sulaiman memanggil semua pembesar siapa yang sanggup membawa istana Balqis kehadapannya, ternyata Ifrit (sebangsa Jin) mampu membawanya sebelum Sulaiman berdiri dari tempat duduknya. Kemudian berkata lagi seseorang yang diberi ilmu oleh Allah, “aku sanggup membawa singgasana tersebut sebelum matamu berkedip”.

Demikianlah Allah memberi ilmu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Tetapi di antara mereka ada kelebihan dan kekurangan masing-masing, itulah manusia (makhluk) ciptaan Allah yang sangat dhaif.

Baca Juga: Rekrutmen Guru ASN, Jokowi: Kita Ambil dari Status P3K Besar-besaran Tahun 2021

Al-Qur’an sangat menekankan pentingnya membaca (baca: mengamati) gejala alam dan merenungkannya. AlQur’an mengambil contoh dari kosmologi, fisika, biologi, ilmu kedokteran dan lainnya sebagai tanda kekuasaan Allah untuk dipikirkan oleh manusia.

Tidak kurang dari tujuh ratus lima puluh ayat – sekitar seperdelapan al-Qur’an– yang mendorong orang beriman untuk menelaah alam, merenungkan dan menyelidiki dengan kemampuan akal budinya serta berusaha memperoleh pengetahuan dan pemahaman alamiah sebagai bagian dari hidupnya. Kaum muslim zaman klasik memperoleh ilham dan semangat untuk mengadakan penyelidikan ilmiah di bawah sinar petunjuk al-Qur’an, di samping dorongan lebih lanjut dari karya-karya Yunani dan sampai batas-batas tertentu oleh terjemahan naskah-naskah Hindu dan Persia.

Dengan semangat ajaran al-Qur’an, para ilmuwan muslim tampil dengan sangat mengesankan dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. Pengaruh al-Qur’an ini tidak saja diakui oleh kalangan ilmuwan muslim zaman dahulu, seperti al-Ghazali, (1983:45-48 ) dan al-Suyuthi, ( Dhahabi, 1961: 420) bahkan sarjana Baratpun mengakuinya, seperti R. Levy (1975:400) (1975: 400) dan George Sarton. (tt:23).

Baca Juga: Tahun 2021 akan Dibuka Penerimaan P3K, Ayo Pemerintah Kabupaten Kota Daftarkan Kebutuhan Guru

Kata sains dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan satu sama lain. Sains, menurut Baiquni, adalah himpunan pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar, melalui penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data pengukuran yang diperoleh dari observasi pada gejala-gejala alam.

Sedangkan teknologi adalah himpunan pengetahuan manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains, dalam kerangka kegiatan yang produktif ekonomis (Baiquni, 1995: 58-60).

Al-Qur’an, sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-tujuan yang bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif, al-Qur’an bukanlah ensiklopedi sains dan teknologi apalagi al-Qur’an tidak menyatakan hal itu secara gamblang.

Memahami tanda-tanda kekuasaan Pencipta hanya mungkin dilakukan oleh orang-orang yang terdidik dan bijak yang berusaha menggali rahasia-rahasia alam serta memiliki ilmu (keahlian) dalam bidang tertentu.

Baca Juga: Habib Rizieq Bantah Positif Covid-19 dan Kabur dari RS, Video Ucapan Terimakasih Diunggah di Twitter

Ilmu-ilmu kealaman seperti matematika, fisika, kimia, astronomi, biologi, geologi dan lainnya merupakan perangkat yang dapat digunakan untuk memahami fenomena alam semesta secara tepat.

Dengan bantuan ilmu-ilmu serta didorong oleh semangat dan sikap rasional, maka sunnatullah dalam wujud keteraturan tatanan (order) di alam ini tersingkap.***

Editor: LU Ali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah