Makna dan Hikmah Kesombongan Iblis Terhadap Adam

- 10 September 2021, 08:39 WIB
Ilustrasi/Ada beberapa makna dan hikmah yang bisa diambil dari kisah kesombongan iblis terhadap Adam.
Ilustrasi/Ada beberapa makna dan hikmah yang bisa diambil dari kisah kesombongan iblis terhadap Adam. /PIXABAY/Jan Steiner

WARTA LOMBOK - Diketahui bahwa Iblis tercipta dari bahan api, sementara Nabi Adam AS dari tanah. Begitu selesai menciptakan Adam, Allah segera memerintahkan malaikat dan Iblis untuk bersujud kepada manusia pertama sebagai wujud hormatnya.

Tetapi Iblis terlalu sombong. Dirinya yang tercipta dari api, merasa lebih mulia dari Adam yang hanya tercipta dari tanah.

Peristiwa penciptaan Nabi Adam AS dan perintah sujud kepada malaikat dan Iblis telah Allah kisahkan dalam Al Quran (QS Al-Baqarah: 34) yang artinya:

Baca Juga: Hikmah di Balik Larangan Nabi Adam dan Hawa Mendekati hingga Memakan Buah Khuldi

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kalian kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur, dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”

Iblis mengaku dalam penciptaannya, ia terbuat dari unsur api, sementara Nabi Adam AS tercipta dari tanah. Menurut Iblis, unsur api lebih mulia daripada tanah.

Ia berkesimpulan, dirinya lebih mulia daripada Adam. Bagaimana mungkin makhluk yang lebih mulia harus sujud hormat epada makhluk yang lebih rendah? Bukankah terbalik? Pikir Iblis. Kesombongan Iblis diabadikan dalam (QS Al-A’raf: 12) yang artinya:

“Allah berfirman: ‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’ Iblis menjawab: ‘Saya lebih baik dari padanya, Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah’."

Apa sebenarnya yang membuat Iblis sombong dan berpikir bahwa unsur api lebih mulia dari tanah?.

Imam Fakhruddin ar-Razi (wafat 925 M) dalam Mafâtîhul Ghaib menjelaskan, alasan yang membuat Iblis berargumen demikian adalah api merupakan elemen bercahaya, selalu berada di atas, halus, panas, kering, dan identik dengan benda-benda langit yang juga posisinya berada di angkasa.

Baca Juga: 10 Pondok Pesantren Tertua di Indonesia, Rata-rata Berusia Ratusan Tahun

Sebaliknya, tanah adalah elemen berwarna gelap, berada di bawah, kasar, lembab, dan jauh dari benda-benda langit.

Selain itu, api juga memiliki kekuatan panas yang menjadi simbol kehidupan. Sementara tanah yang lembab dan basah lebih identik dengan kematian.

Jelas, kehidupan lebih mulia dari kematian. Dengan alasan ini Iblis berkesimpulan, jika bahan pembuatnya (api) saja lebih unggul, maka produknya (iblis) pun demikian. (Ar-Razi, Mafâtîhul Ghaib).

Kesombongan Iblis yang mengklaim dirinya lebih mulia dengan memandang unsur api adalah klaim sepihak yang tidak bisa dibenarkan.

Pada dasarnya, ‘kemuliaan’ adalah anugerah Allah SWT, tidak memandang unsur pembuatnya.

Bukan berarti api sebagai yang unsur lebih unggul dari tanah, kemudian iblis yang tercipta darinya juga lebih mulia. Sementara Adam yang tercipta dari tanah sebaliknya.

Realitanya, tidak sedikit orang beriman lahir dari rahim ibu yang tidak beriman. Atau sebaliknya, orang yang akhirnya tidak beriman lahir dari rahim ibu yang beriman.

Baca Juga: Ini Hukum Jika Seorang Istri 'Minta' Hubungan Badan Lebih Dulu, Pahalanya Tak Terkira

Begitupun Iblis, bukan berarti karena ia tercipta dari unsur mulia lantas lebih mulia dari Adam yang tercipta dari unsur lebih rendah.

Allah telah menganurgerahkan kemuliaan kepada Adam. Karena itu, Iblis diperintahkan untuk bersujud sebagai bentuk penghormatan. (Ar-Razi, Mafâtîhul Ghaib).

Akibat kesombongan, Iblis pun diusir dari surga. Terkait hal ini, Allah berfirman dalam (QS Al-A’raf: 13) yang artinya:

“Allah berfirman: ‘Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya; maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina."

Tentu dari kesombongan Iblis di atas dapat mengambil beberapa hikmah dan pelajaran, di antaranya sebagai berikut:

Pertama, bahaya sifat sombong. Sudah dijelaskan di atas, kesombongan Iblis membuatnya membangkang dari perintah Allah SWT untuk hormat kepada Adam.

Akhirnya nanti, Adam dan Hawa juga berbuat dosa karena menerjang larangan Allah dengan memakan buah Khuldi.

Baca Juga: Hukum Ejakulasi di Luar Rahim untuk Menghindari Kehamilan Menurut Sejumlah Ulama

Tetapi, bila dosa Adam dan Hawa diampuni, sementara Iblis tidak. Kesombongan Iblis membuatnya enggan mengakui dosanya, berbeda dengan Adam dan Hawa. Karena itu, terkait bahaya sifat sombong, Nabi SAW bersabda yang artinya:

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” (HR Muslim)

Kedua, orang tidak boleh berhujah dengan qiyâs (analogi) bila bertentangan dengan nash Al Quran dan hadits. Awalnya Iblis menganalogikan dirinya dengan unsur penciptaannya (api).

Menurutnya, jika api lebih mulia daripada tanah yang menjadi bahan penciptaan Adam, maka hasil ciptaannya pun juga demikian, Iblis lebih mulia dari Adam. Karena lebih mulia, maka ia membangkang nash perintah Allah untuk sujud kepada Adam.***

Editor: Herry Iswandi

Sumber: nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x