Pada masa Sultan Mahmud, mulai 1870-1872 masjid mengalami perombakan walaupun tidak menghilangkan arsitektur asli. Pada pintu masjid dipergunakan ornamen Tiongkok, ukiran di setiap bangunan bernuansa India, arsitektur ala eropa, ornamen-ornamennya bernafaskan Timur Tengah.
Kubah tembaga bersegi delapan, berumur seabad lebih mengikuti gaya India beratnya mencapai 2,5 ton.
Luas bangunan ini mencapai 1 hektar. Bangunan-bangunan terdiri dari gapura, bangunan induk (masjid), tempat wudhu dan makam-makan yang dipagari dengan pagar besi di sekelilingnya.
Gapura berada sebelah barat masjid di sisi selatan. Gapura ditopang oleh dua kelompok tiang, masing -masing kelompok terdiri dari lima tiang dengan salah satunya berukuran besar.
Setelah melewati gapura kita akan memasuki bangunan induk. Masjid berukuran 30 x 40 m, memiliki serambi serta ruang utama salat.
Bekas istana dari Kesultanan Deli yang berada di Labuhan Deli, sekarang tidak tampak lagi, tinggal puing-puing saja.
Tahun 1854 Deli tunduk kepada Aceh dan Sultan Osman dijadikan wakil sultan Aceh di Deli. Setelah tidak ada lagi kerajaan, masjid ini berfungsi sebagai rumah ibadah, tempat penyelenggaraan hari besar keagamaan dan tempat pemberangkatan jemaah haji asal Medan Utara.
Tahun 1927 masjid ini direhab dan mendapat bantuan dari Presiden RI. Kemudian pada tahun 1991 masjid di pugar oleh pemerintahan kota Medan dan diresmikan pada 4 Juni 1992.
Nah bagaimana? Sudah terbayang bukan aura sejuknya di dalam masjid tersebut? Semoga Allah izinkan kita mengunjunginya, suatu hari nanti.***