Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital: Gaya Debat Capres Pengaruhi Generasi Muda Menentukan Pilihan

11 Januari 2024, 20:25 WIB
Penampilan para Capres saat debat Pilpres 2024 putaran ketiga berlangsung /Tangkap Layar YouTube/KPU RI

WARTA LOMBOK – Dalam agenda debat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, gaya debat para calon selalu menjadi pembahasan menarik untuk dikaji. Terkhusus pada debat pilpres 2024 yang ketiga kemarin, gaya debat yang ditunjukkan oleh para Calon Presidenkembali menjadi kajian menarik para pengamat.

Debat Pilpres 2024 tahap tiga yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), pada Minggu, 7 Januari 2024 lalu, menjadi salah satu debat yang cukup panas. Gaya debat yang digunakan oleh masing-masing Calon Presiden, dinilai dapat memengaruhi para generasi muda dalam menentukan pilihannya untuk memilih calon pemimpin bangsa di masa depan.

Salah seorang Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital, yakni Firman Kurniawan, menyampaikan pandangannya terkait gaya debat para Calon Presiden selama debat Pilpres 2024 tahap tiga berlangsung.

Baca Juga: Tegaskan Pemilu Damai Tanpa Hoax dan Netralitas ASN, TNI POLRI, SEMA FS UIN Mataram Gelar Dialog Publik

Dalam penyampaiannya, Firman Kurniawan menilai bahwa gaya debat para Capres pada agenda debat Pilpres 2024 tahap tiga tersebut bisa memengaruhi pilihan para generasi muda dalam memilih Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Republik Indonesia (RI) periode 2024-2029.

“Kalau kita lihat generasi muda yang ada di kelompok perkotaan, yang biasa berbeda pendapat, yang terbiasa menyelesaikan atau menemukan solusi dengan perdebatan, debat adalah hal yang menarik,” terang pengamat dari Universitas Indonesia tersebut.

Karena debat merupakan ajang adu pendapat dan gagasan antar calon, Firman menilai bahwa gaya berdebat yang membuat pihak lawan lebih terpancing mengungkapkan gagasan atau menimbulkan kegeraman bakal lebih disukai oleh generasi muda.

Baca Juga: Begini Gebrakan Ganjar-Mahfud Memperbaiki Keamanan Nasional

Dirinya beranggapan, bahwa gaya komunikasi dengan intensi menyerang dalam debat merupakan hal yang wajar, selama yang diserang adalah gagasannya, bukan personal. Gaya komunikasi yang dinamis dan saling beradu gagasan seperti itu tentunya lebih bisa diterima generasi muda yang tinggal di perkotaan atau berpendidikan tinggi.

Hal ini dikarenakan mereka terbiasa mengutamakan kekuatan pikiran dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga cenderung lebih menyukai gaya debat yang dinamis. Sementara generasi muda yang lebih konservatif dinilai tak terlalu menyukai ajang debat seperti itu.

Menurut Firman, generasi muda yang lebih konservatif dinilai mungkin lebih menyukai debat yang bersifat lebih santun atau lembut. Namun, debat yang terlalu santun, mungkin tidak mampu mengungkapkan kemampuan atau cara berpikir yang sesungguhnya dari para calon.

Baca Juga: Yusuf Kalla Hadiri Konsolidasi AMIN Di Jawa Timur Bersama Cak Imin

“Jadi (debat dengan intensi menyerang) tidak masalah, karena kan yang diserang adalah gagasannya,” tutur Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital tersebut.***

Editor: Mamiq Alki

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler