Santri (Indigenious) Indonesia ?

- 21 Oktober 2022, 10:19 WIB
Dr. Lalu Sirajul Hadi,M.Pd
Dr. Lalu Sirajul Hadi,M.Pd /Dok. Warta Lombok

 

Oleh Dr. Lalu Sirajul Hadi,M.Pd*
Kepala MAN 1 Mataram

WARTA LOMBOK- SANTRI memiliki karakter eksistensial yang khas, karena tidak saja identik dengan atribut dan makna keislaman, tetapi lebih dari itu mengandung dan mencirikan makna keaslian Indonesia (indigenious) sebagai bangsa. Sejarah kaum santri telah banyak memberikan warna dan “gubahan” bagi ornamenisasi fase perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa.

Puncaknya adalah, ketika fatwa “Resolusi Jihad” 22 Oktober 1945 dirumuskan dan diagaungkan, oleh kalangan kyai dari beberapa pesantren yang dipimpin oleh KH.Hasyim As’ari, yang isinya adalah kewajiban berjihad untuk mempertahankan kemeredekaan Indonesia, dengan melakukan perlawanan terhadap aktivitas dan agresi penjajah.

Sebuah fatwa, yang kemudian menjadi magma dan energi besar, dalam memperkuat dan meneguhkan nasionilsme, untuk membela dan memperjuangkan kedaulatan bangsa dari segala macam bentuk kolonialisme dan impralisme bangsa kaum penjajah saat itu. Fatwa yang kemudian menjadi spirit kolektif kebangsaan dan keislaman, bahwa Indonesia adalah bangsa yang kemerdekaan dan kedaulatannya, harus diakui oleh bangsa-banga di dunia.

Baca Juga: UNU NTB: Kampus Pertama Bernuansa Islam Nusantara di Indonesia Timur

Tilikian historis ini, sekaligus menjadi referensi outentik untuk menguatkan dan memberikan dukungan, bahwa sebuah keniscayaan jika kemudian ada sikap politik Bangsa Indonesia sebagai negara, untuk kemudian menjadikan setiap tanggal 22 Oktober, sebagai peringatan Hari Santri Nasional (HSN), dengan ditanda tanganinya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Keluarnya keputusan ini sekaligis menegaskan, bahwa eksistensi santri tidak saja (lokus) terbatas sebagai elemen pesantren, baik sebagai santri “muqim” maupun sebagai santri “kalong” . Tetapi santri telah menjadi elemen penting Bangsa Indonesia, dalam mendukung terwujudnya cita-cita luhur bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang unggul dan berperadaban maju.

Padanan makna eksisitensial dan karakteristik santri dalam konteks nasional dan global, jika dikaji dan ditransformasi pada dimensi kehidupan social, bermasyarakat dan berbangsa, maka sejatinya spirit eksistensial santri, dapat dijadikan sebagi sumber-sumber rujukan dan inspirasi kebaikan. Terlebih, jika dikaitkan dengan paradok kehidupan berbangsa dan bernegara kita saat ini.

Pertama ; kaum santri telah mengajarkan tentang cara mencinta tanah air (hubbul wathan) secara tulus ikhlas, di atas cintanya terhadap segalanya, bahkan di atas cintanya terhadap dirinya sendiri. Fakta sejarahnya adalah, kaum santri menerima panggilan dan seruan jihad, mempertaruhkan (jiwa-nyawa) karena cintanya terhadap bangsa. Dalam kontek ini, kaum santri memberikan edukasi dan pesan moral yang sangat mendasar, tentang makna cinta tanah air dan bangsa, di atas segalanya. Bukan sebaliknya, mengkudeta bangsanya, dengan tindakan-tindakan yang mendistruksi marwah dan wibawa bangsa.

Halaman:

Editor: Mamiq Alki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah