SPIRITUAL ENLIGHTENMENT

- 30 Mei 2023, 08:02 WIB
Said Muniruddin
Said Muniruddin /Dok. Warta Lombok/Said Muniruddin

Karenanya, kita hanya mampu menalar fenomena-fenomena kasar. Kita hanya mampu menyadari kehadiran gelombang dan entitas material. Kecerdasan kita masih bersifat “wushuli”. Anda harus bekerja dan berfikir keras untuk mengetahui sesuatu. Kesadaran kita belum cukup tercerahkan untuk mencapai level “hudhuri”. Dimana berbagai gelombang, cahaya dan entitas spiritual hadir sendiri untuk mengungkapkan dirinya.

Orang-orang yang telah “terjaga/sadar” (spiritually awake/enlightened) biasanya akan mengalami kondisi jiwa yang “alert”. Bahasa lain dari alert/alertness adalah sharp-sightedness, vigilance, wakefulness atau watchfulness. Semua ini bermakna awas, sadar, terjaga, waspada, hati-hati, siaga.

“Alertness” ini juga bermakna “alarm”. Ada alarm yang mulai aktif dalam diri kita. Setiap ada sesuatu, alarm akan secara otomatis berbunyi. Apakah itu kondisi berbahaya, atau kondisi menguntungkan; alarm akan hidup.

Orang-orang “tercerahkan” sudah mampu mengaktivasi berbagai titik alarm dalam diri. Alarm ini merupakan “titik qalbu”, “bisikan Tuhan”, “God-Spots” atau “suara hati”; yang selalu berbunyi untuk menyampaikan informasi tentang sesuatu. Ketika menyentuh makanan misalnya, itu alarmnya langsung hidup; untuk memberitahukan apakah makanan itu halal atau haram. Ketika berjalan ke suatu tempat, alarm akan hidup, untuk menyampaikan kepadanya, apakah ia sedang berjalan ke tempat baik atau buruk. Ketika akan berceramah, alarm akan hidup, untuk mengingatkannya bahwa apa yang dikatakan itu baik ataupun berpotensi buruk.

“Alarm” inilah yang disebut sebagai bunyi gemerincing “lonceng”. Inilah salah satu metode turunnya “wahyu” kepada Nabi. Karena ini sebuah “alarm” (denyut batin, getaran qalbu atau vibrasi spiritual), tentu Nabi sangat hati-hati dalam menerjemahkan maknanya. Apakah maknanya “baik”, ataupun “buruk”. Hidupnya alarm ini dalam diri Nabi ataupun orang-orang tercerahkan lainnya adalah sebuah pertanda “ketercerahan jiwa”. Ini pertanda bahwa Allah telah bersedia hadir, untuk memberitahu Anda tentang baik buruk, atau benar salah sesuatu, lewat bahasa-bahasa tertentu. Ada puluhan jenis bahasa yang digunakan Tuhan dalam menyampaikan wahyu, ilham atau hidayah kepada manusia. ‘Gemerincing lonceng’ (alarm) adalah salah satunya.

Uniknya, kondisi “alertness” dan bentuk-bentuk alarm ini, kami temukan masih ada dalam dunia tasawuf sampai sekarang. Langka memang. Tapi masih bisa dijumpai eksistensinya dalam jamaah sufi tertentu, yang kelihatannya masih mewarisi metode komunikasi transenden dengan dunia Ilahi.

Mereka menyebutnya “muraqabah” (spiritual alertness). Tentu ada tahap yang harus ditempuh untuk mencapai kondisi “alertness”. Harus ada jalan penyucian jiwa melalui berbagai macam zikir (suluk/meditative practice) selama sekian lama. Ada makanan yang harus dijaga. Ada adab batiniah yang harus dipelihara. Disini dibutuhkan bimbingan seorang Guru spiritual yang telah duluan mencapai makam “enlightened” (kamil/awake). Dalam dunia spiritual biasa disebut imam ruhani atau walimursyid.

Penutup

Ada dua bentuk pencerahan yang mungkin dicapai manusia. Pertama, pencerahan intelektual (wushuli). Pada tahap ini, seseorang hanya mampu memperoleh pengetahuan tentang dunia luaran melalui kekuatan “free-will”. Apakah melalui proses reasoning atau bentuk-bentuk dialektika dan critical thinking (fungsi otak dan inderawi). Sehingga menjadi jelas hukum-hukum yang ada dibalik sesuatu.

Kedua, pencerahan spiritual (hudhuri). Pada tahap ini, kecerdasan manusia sudah terhubung dengan kecerdasan Tuhan. Akal manusia telah tersambung dengan akal Tuhan. Secara kreatif ia mampu mengakses pengetahuan yang sebenarnya tidak ia usahakan untuk ketahui. Ilmu dan pengetahuan seperti hadir untuk menampakkan dirinya sendiri. Pada station ini, sebenarnya Tuhanlah yang sedang berfikir dalam dirinya, bukan dirinya lagi. Ia cerdas atas dasar “God’s-will”. Kepada dirinya telah diperlihatkan hal-hal yang melampaui kerja nalar. Pengetahuan hadir melalui mekanisme supra-rasional. Mereka telah menjadi wadah tempat aktualnya logos atau ide-ide laduniah dari sisi Tuhan.

Halaman:

Editor: Mamiq Alki

Sumber: https://saidmuniruddin.com/


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x